Parjan dikenal sebagai lelaki mata keranjang. Pada suatu sore ia melihat seorang wanita cantik melintas di depannya. Perawakannya tinggi semampai, rambutnya panjang terurai dan kulitnya putih bersih. Wanita itu betul-betul menarik perhatian Parjan. Parjan pun lalu membuntutinya. Wanita itu tampaknya tahu, ia pun berhenti seperti menunggu Parjan di bawah pohon serut itu.
"Mau ke mana, mbak ?" tanya Parjan mendahului.
"Hanya jalan-jalan kok, mas !" jawabnya.
"Mbak ini rumahnya mana, kok saya belum pernah lihat ?!" tanya Parjan kembali.
"Akh masak sih, saya saudaranya bu Prawiro yang di Jakarta." kata wanita itu sembari menunjuk arah kampung sebelah.
"Oo..!" kata Parjan seperti sudah paham.
Parjan lalu memperhatikan wanita itu dari dari ujung rambut sampai pangkal kaki. Sungguh luar biasa cantiknya ! Wanita itu tersenyum manis.
"Mas ada waktu tidak ?" tanya wanita itu.
"E, memangnya kenapa ?" tanya Parjan penasaran.
"Kalau mau, temani aku duduk-duduk di gubuk itu !" pinta wanita cantik itu agak manja.
"Oh ya, mau-mau !" jawab Parjan mantap.