Sawah merupakan elemen utama dalam ekosistem agraris di Indonesia, sawah juga dijadikan sebagai pilar pertahanan sumber pangan bangsa, karena sawah adalah tempat penghasil utama sumber kehidupan kita. Melalui hasil pangan, sawah memberikan kehidupan bagi semua orang. Namun belakangan ini, kehidupan ekosistem sawah kerap menghadapi tantangan dalam polemik agraria. Seperti penggunaan bahan kimia pada pestisida atau pupuk yang berlebihan, kemudian penurunan kualitas tanah, dan perubahan iklim. Tantangan yang sering terjadi menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem sawah. Menghadapi persoalan ini, bioteknologi muncul sebagai solusi yang potensial, namun apakah ini sebuah langkah yang tepat?.
Melalui perkembangannya, bioteknologi hadir menawarkan berbagai inovasi untuk mendukung ekosistem sawah. Seperti penggunaan mikroorganisme sebagai pengganti bahan kimia pada proses pembuatan pupuk, serta rekayasa genetika tanaman padi yang tahan terhadap penyakit akibat penurunan kualitas tanah maupun perubahan iklim. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas dari hasil panen, tetapi juga membantu melindungi ekosistem sawah untuk mengurangi dampak negatif akibat praktik pertanian dalam jumlah skala besar.
Pertama, dikutip dari buku [Pupuk Hayati dan Limbah Jerami untuk Pertanian Berkelanjutan Tanaman Padi] bahwa penggunaan mikroorganisme dapat menggunakan bakteri penghambat nitrogen seperti Azotobacter sp, dan Azospirillum sp. Bakteri ini dapat membantu mengurangi polusi lingkungan dan penurunan kualitas tanah. Â Kedua, penerapan rekayasa genetika pada lahan pertanian memberikan dampak yang positif untuk meningkatkan kualitas tanaman, namun ternyata hal ini juga berdampak negatif bagi ekosistem sawah. Â Dikutip dari Jurnal Pertanian Pat Petulai [Pengaruh Rekayasa Genetika Pada Produktivitas Tanaman Jagung (Zea Mays) Transgenik] menyatakan ada kemungkinan bahwa rekayasa genetik yang melibatkan transgenik dapat menyebar ke tanaman liar, sehingga menyebabkan kerusakan pada ekosistem sawah.
Oleh karenanya, penerapan bioteknologi pada ekosistem sawah juga memiliki suatu tantangan. Implementasi bioteknologi seperti rekayasa genetik banyak memunculkan kontroversi terkait keamanan bahan pangan dan dampak pada lingkungan. Selain itu, teknologi ini juga membutuhkan biaya serta pengetahuan yang sangat tinggi. Meskipun demikian, manfaat yang ditawarkan dari inovasi bioteknologi ini jauh lebih besar bagi ekosistem sawah jika diterapkan secara bijak. Melalui penerapan yang tepat, dapat dikatakan bahwa bioteknologi bisa menjadi salah satu solusi potensial untuk melindungi ekosistem sawah.
Sehingga melindungi ekosistem sawah dengan bioteknologi merupakan langkah yang tepat, asalkan didukung dengan strategi yang benar. Semua masyarakat yang terlibat harus memastikan apakah penerapan bioteknologi pada ekosistem sawah membawa manfaat yang baik dan adil tanpa menjadikan lingkungan sebagai korbannya. Dengan demikian, tujuan utama dari inovasi bioteknologi pada ekosistem sawah dapat terlaksana tanpa merugikan pihak lain, lingkungan contohnya.
Apa yang kita tuai hari ini, akan menentukan masa depan bangsa baik dari segi pangan maupun lingkungan. Maka, mari bersama-sama mendukung inovasi ini secara berkelanjutan dan memastikan bahwa ekosistem sawah tetap terlindungi dengan adanya penerapan bioteknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!