Mohon tunggu...
Sulis Giingsul
Sulis Giingsul Mohon Tunggu... profesional -

http://gembiraloka.wordpress.com/ Bekerja sebagai Desainer Interior Menguasai dua bahasa: 1) Bahasa Jawa campur dikit-dikit Indonesia 2) Bahasa Indonesia campur dikit-dikit Inggris

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepuluh Baris yang Ia Tulis di Dinding Penjara Sebelum Dihukum Mati

25 April 2012   16:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:07 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seseorang dihukum mati karena terlalu banyak menulis.
Sebelum dihukum mati, ia diberi hak menulis sepuluh kalimat.

Kenapa kita dipisahkan, sudah tidak perlu kupertanyakan.
Sebab besok aku sudah mati dan kau tak kunjung kutemukan.

Apakah kau masih hidup? Jika iya, tak perlu bersedih lama-lama.
Jika kau sudah mati, aku gembira, kucari kau esok di dunia orang mati.

Kesempatan sangat berharga, bersamamulah yang paling indah.
Seluruh sisa malam ini kupakai untuk mengenang kau puisiku.

Apakah kau mencintaiku? Kepada dirimu tanyakanlah itu sebelum kepadaku.
Di malam terakhir kehidupanku, aku hanya ingin diam…di dalam pelukmu.

Ini kutulis bukan agar kau dikenang sebagai seorang yang dicintai seorang pejahat
Agar orang-orang hidup bertanya, benarkah seorang penjahat tidak memiliki cinta.

sg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun