Mohon tunggu...
Sulis Giingsul
Sulis Giingsul Mohon Tunggu... profesional -

http://gembiraloka.wordpress.com/ Bekerja sebagai Desainer Interior Menguasai dua bahasa: 1) Bahasa Jawa campur dikit-dikit Indonesia 2) Bahasa Indonesia campur dikit-dikit Inggris

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biru yang Paling Biru

13 Desember 2011   03:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:24 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia duduk di pasir pantai putih,
berteduh di bawah tebing tinggi,
mengamati
air laut makin jauh nampak makin biru.

Ia menggambar di pasir putih itu
senyum kepada karang yang dulu
__karang yang pernah melukai kakinya.

Ia naik ke tebing paling tinggi, berdiri
memandang ke seberang paling jauh
mengharapkan kau sedang berdiri di sana
di biru yang nampak paling biru di matanya
sedang memandang pula ke arahnya.
"Apakah di sini nampak paling biru pula dari sana?"

Ia yang sabar menunggu, menyaksikan senja habis
hingga matahari tenggelam, dan semua biru menghitam.

Selain aku, adakah yang sedang memperhatikannya?
di gelap yang semakin gelap itu, wajahnya dapat kulihat
semakin bercahaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun