Mohon tunggu...
Sulhan Rafsanjani
Sulhan Rafsanjani Mohon Tunggu... -

vamos

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prediksi SBY : Tidak Ada Partai yang Dominan

12 April 2014   01:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:46 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Quick Count Pemilu 2014 atau hitung cepat Pemilu 2014 Pileg Legislatif 9 April oleh berbagai lembaga survey menunjukkan PDIP, Partai Golkar, dan Partai Gerindra masuk ke dalam tiga besar. Hasil jumlah suara yang diraih sementar PDIP 19 % terpaut empat persen  dari Partai Golkar. Sedangkan posisi ketiga dipegang Partai Gerindra yang mampu memperoleh suara sekitar 11,51%. Kemajuan teknologi memungkinkan hasil Pemilu Legislatif 9 April diketahui dengan cepat.

Partai-partai yang sempat digadang-gadang survei bakal terus memupuk tambahan suara, Partai Hanura dan Partai Nasdem, ternyata mandek pasokan dukungannya. Bila survei terakhir Kompas memotret Nasdem akan mendapatkan 6,9 persen suara dan Hanura 6,6 persen, hitung cepat Kompas mendapatkan Nasdem tertahan di angka 6,7 persen dan Hanura turun ke 5,11 persen. peta politik pun diperkirakan berubah. Selain PDI-P dan Partai Golkar yang memimpin di hitung suara, lokomotif pun diperkirakan diperankan oleh Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Capaian suara Partai Gerindra di hitung cepat tak berubah banyak dari survei terakhir Kompas, dari 11,5 persen menjadi 11,77 persen.

Secara keseluruhan Hasil sementara yang masuk pada kamis dini hari adalah PDIP menempati urutan pertama dengan 18, 95%, diikuti oleh Golkar dengan 14,95%, diikuti Partai Gerindra 11,98%. Secara berturut-turut, perolehan suara partai lainnya adalah Partai Demokrat 10,04%, PKB 9,08%, PAN 7,66%, PKS 6,9%, Partai Nasdem 6,57%, PPP 6,3%, Hanura 5,16%, PBB 1,42%, dan PKPI 0,99%. Mengutip hasil rilis yang diberitakan oleh Salah satu lembaga survey yang melakukan Quick Count Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Hasil keseluruhan ini mampu menggambarkan bahwa tidak ada partai dominan pada pemilu legislatif kali ini, meskipun PDIP dan Golkar menempati urutan teratas, partai partai yang bertarung di pemilu 2014 belum mampu menembus suara lebih dari 30% atau 20%.

Dengan hasil yang tersampaikan tersebut bisa kita ambil kesimpulan sementara bahwa, belum ada calon presiden yang aman, semua masih bisa terjadi. dan semuanya kembali kepada apa yang akan dilakukan oleh para pemimpin politik. Pada Pemilu Presiden yang akan diadakan tanggal 9 Juli 2014 mendatang, tentunya disisa waktu yang ada akan digunakan secara maksimal oleh para pemimpin politik untuk menaikan elektabilitas dari calon-nya, kemungkinan berkoalisi akan sangat menenutkan syarat dalam pencalonan Pilpres pada pemilu 2014 nanti. Kejadian tidak adanya partai politik yang dominan di parlemen dikarenakan ada tren penurunan perolehan suara, tren penurunan perolehan suara partai politik peserta pemilu legislatif di setiap edisinya, selama 1999-2009 yang memungkinkan pengulangan serupa pada 2014.

Peristiwa ini sudah lebih dahulu diprediksi oleh Presiden SBY, dimana perolehan suara akan terdistribusi merata di antara partai- partai yang ada.  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sempat mengatakan bahwa tidak akan ada partai politik yang sangat dominan. Kecuali, kata dia, ada peristiwa dramatis yang terjadi dalam 1,5 bulan ke depan. Ketua Umum Partai Demokrat itu mengaku memantau banyak tokoh yang muncul dalam bursa calon presiden yang kian hari kian memanas. Dalam hitungan SBY, seluruh calon itu punya peluang yang relatif sama (Senin, 10 Maret 2014. TEMPO.CO, Jakarta) . Dengan konstelasi politik saat ini, kata SBY, peluang para koleganya itu belum ada yang aman. Meski begitu, SBY mengaku sudah punya bayangan siapa yang akan terpilih. Namun ia belum mau menyebut siapa calon presiden andalannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun