Padahal suasana Jogja Expo Center tidak ubahnya seperti pameran kuliner pada umumnya. Kita bisa menjumpai orang-orang yang memperlihatkan identitas Islam dari penampilannya. Tetapi, pengunjung non-muslim pun dengan leluasa datang ke Jogja Halal Food Expo. Bahkan, perempuan yang menjaga stand pun tidak semua yang berjilbab.
Berjilbab dan tak berjilbab. Foto: dokumentasi penulis.
Begitu memasuki ruang
Jogja Expo Center untuk
Jogja Halal Food Expo 2019, Anda akan menyaksikan ratusan makanan halal yang dipajang di berbagai stand. Aroma makanan halal yang tengah dimasak, menguar dari beberapa
stand. Tidak hanya makanan khas Yogyakarta, beberapa
stand menyajikan makanan khas negara lain. Â Â Â
Â
Menanti pengunjung. Foto. Dokumentasi penulis.
Nyaris seluruh makanan yang diperkenalkan di seluruh stand
Jogja Halal Food Expo 2019 telah memperoleh sertifikat halal. Menurut Ibu Imelda (50 tahun) yang mengelola  'Orange Food', sertifikat halal sangat menguntungkan. Berkat sertifikat halal yang diperoleh dari MUI, produk bisa menembus pasar modern dan pasar digital. Untuk memperoleh sertifikat MUI, produk pangan harus lulus uji dari BPOM dan memiliki MD.
Ibu Imelda. Foto: dokumentasi penulis
Ibu Imelda menjelaskan bahwa sertifikat halal tidak hanya sekadar pengukuhan produk telah sesuai dengan ketentuan Islam, produk juga aman dikonsumsi. Dengan demikian, pembeli lebih mantap dan yakin untuk memesan dan mengkonsumsi produk dengan label halal. Kuantitas permintaan atas produk semakin bertambah. Penghasilan para
 entrepreneur pun semakin bertambah dan usaha pun berkembang.
Salah satu sertifikat 'halal'. Foto: dokumentasi penulis.
Selain sertifikat halal, keistimewaan
Jogja Halal Food Expo 2019 terletak dari spirit wirausaha atau
entrepreneurship yang digerakkan kaum perempuan.
Jogja Halal Food Expo membuktikan bahwa perempuan bisa memiliki keahlian dan daya untuk menciptakan kemandirian ekonomi. Bahkan, sebagian perempuan memulai usaha dengan dengan produk tradisional yang masih sederhana. Hal ini terlihat pada sosok Yani Noviani (38 tahun) yang mengelola stand
Aneka Camilan Khas Jogja.
Ibu Yani Noviani. Foto: dokumentasi penulis.
Bila dilihat sekilas, produk pada
Aneka Camilan Khas Jogja (
Onami) belum memperlihatkan keunikan yang membedakannya dengan produk lain. Produk yang dikelola Yani Noviani berupa makanan kering yang bisa dengan mudah untuk kita temukan di seluruh pelosok Yogyakarta. Selain masih bersifat tradisional, 'karyawan tetap' industri ini hanya Yani Noviani beserta suaminya. Tetapi, berkat keuletan dan ketabahan, usaha kuliner ini bisa mencapai 'omset bersih' sekitar satu juta per minggu.
Meskipun meraih omset yang cukup besar untuk usaha yang dikelola suami-istri; Yani Noviani tidak cepat berpuas diri. Alih-alih ia mulai berani berinovasi. Hal ini ditandai dengan produk asinan yang dipamerkan di stand-nya. Produk tersebut belum memiliki sertifikat MUI karena baru dihasilkan.
Melihat optimisme yang terpancar dari wajah Yani Novia, usaha yang dikelolanya berpotensi besar akan terus berkembang. Sebab, ia tidak merasa terbebani dengan pekerjaan yang tengah ditekuninya. Alih-alih ia merasa 'senang'. Inilah yang menjadi salah satu kunci kesuksesan. Bahwa seseorang bisa mencapai kesuksesan karena bekerja di bidang pekerjaan yang disukainya dan membuat dirinya senang.Â
Dengan demikian, ia bisa bekerja dengan hati gembira. Bekerja dengan hati gembira akan membuat kita memiliki energi yang berlimpah-ruah. Implikasinya, kita bisa memiliki energi untuk merobohkan seluruh rintangan dan hambatan untuk mencapai kesuksesan.
Sebagaimana Yani Noviani, sebagian industri kuliner dikelola keluarga atau hanya memiliki segelintir karyawan. Tetapi, melihat omset yang diperoleh, terlihat titik terang kesuksesan para entrepremeur di tahun-tahun yang akan datang.Â
Lihat Foodie Selengkapnya