Kelima, gunakan AAC (Augementative Alternative Communication)
ACC merupakan transformasi komunikasi konvensional menjadi bentuk-bentuk komunikasi yang dibisa dipahami ABK untuk mengatasi hambatan fisik/psikologis sesuai dengan jenis disabilitas yang disandangnya. Misalnya, pada ABK yang mengalami gangguan penglihatan sebagaimana yang dialami Helen Keller, komunikasi bisa dengan menggunakan simbol-simbol huruf braille. ABK yang tidak mengalami gangguan penglihatan dan masih memiliki anggota tubuh luar yang lengkap, bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Pada tahap yang mutakhir, kita bisa menyaksikan penemuan software komputer yang digunakan Steven Hawking dalam mengaktualisasikan diri.
Komunikasi dengan ACC inilah yang perlu terus dikembangkan dan 'dimasyarakatkan'. Melalui teknologi digital (internet) orangtua ABK dan seluruh lapisan masyarakat dapat berbagi informasi AAC. Perkembangan populasi masyarakat yang menggunakan perangkat komunikasi teknologi digital yang semakin berkembang pesat; membuka peluang untuk persebaran teknik AAC khususnya yang bersifat tradisional (braille/bahasa isyarat). Bila AAC bisa dikuasai masyarakat luas, ABK akan lebih percaya diri untuk mengaktualisasikan diri karena menyadari bahwa mereka bisa berkomunikasi dan diterima sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Pada sasaran yang lebih maksimal; ABK dan masyarakat bisa menjalin komunikasi melalui teknologi digital. Dengan demikian, 'mobilisasi' yang menjadi hambatan utama bagi ABK untuk mengaktualisasikan diri, bisa diatasi. Bila pendidikan berbasis teknologi digital dikembangkan, pemerintah akan lebih mudah untuk memeratakan pendidikan formal bagi ABK. ABK bisa menjalani pendidikan formal di rumah secara online sebagaimana mahasiswa Universitas Terbuka di Indonesia menjalani pendidikan formal.
Salah satu kesalahan persepsi yang signifikan dalam menilai ABK adalah paradigma konvensional bahwa manusia normal adalah manusia yang memiliki organ tubuh yang lengkap dan kondisi psikologis yang sehat. Manusia yang memiliki label normal inilah yang bisa berkembang kecerdasan, memiliki keahlian, bisa memperoleh pendidikan layak, dan bisa mengaktualisasikan diri.
Padahal, bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Hal ini bisa mematahkan teori Montessori yang menetapkan bahwa kecerdasan terpusat pada jasmani (tubuh) dan menjadikan tangan sebagai sentralnya. Bila seorang manusia tidak memiliki gangguan yang bersifat destruktif dan otak masih bisa berfungsi, maka ia memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Safrina Rovasita membuktikan bahwa cerebal palsy yang mengakibatkan gangguan fungsi motorik, tidak bisa melumpuhkan usahanya untuk meraih pendidikan tinggi dan mengaktualisasikan diri. Tidak hanya tangan, Safrina Rosavita juga mengalami kesulitan untuk menggerakkan organ tubuh lainnya. Tetapi, kondisi tersebut tidak bisa membinasakan impiannya untuk meraih pendidikan setingkat megister (S2) dan mendedikasikan diri sebagai guru. Bagi Safrina Rovasita, semangat adalah hal yang utama baginya untuk maju.
Teknologi digital (internet) membuka peluang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan ABK. Hambatan mobilisasi yang menjadi momok utama bagi ABK bisa diatasi. Batasan-batasan geografis semakin tiada. Komunikasi berbasis teknologi digital akan mempermudah para keluarga ABK di seluruh penjuru dunia untuk berkomunikasi dalam memberikan pendidikan yang layak dalam menggali potensi ABK. Tenaga pendidik dapat menciptakan inovasi berupa konten digital pembelajaran audio-visual yang bisa di sebarkan melalui berbagai media di internet khususnya media sosial. Melalui komunikasi pendayagunaan teknologi digital, masyarakat umum pun bisa berpartisipasi untuk memberikan berbagai dukungan bagi keluarga ABK; baik berupa dukungan finansial ataupun moral. Bahkan, masyarakat umum pun bisa berpartisipasi dalam penciptaan media pembelajaran digital bagi ABK.
Konten digital pembelajaran bagi ABK dapat disebarkan melalui berbagai media digital internet; seperti youtube, facebook, twitter, blog, instagram, website, dan beragam media digital lainnya yang tersedia di internet. Melalui website sahabatkeluarga.kemendikbud.go.id, Kemendikbud telah merintis distribusi informasi yang kaya manfaat bagi keluarga ABK. Bila informasi tersebut diimplementasikan; maka ABK akan mampu menemukan jalan untuk menerobos batasan fisik/psikologis, berinisiatif untuk mengaktualisasikan diri, bisa berkarya, dan aktif memberi kontribusi pada negara. Â Â
Terdapat beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk mengoptimalkan teknologi digital dalam pendidikan bagi ABK, antara lain:
Pertama, optimalisasi sharing experiences melalui media sosial