Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menguak Keajaiban Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Optimalisasi Teknologi Digital

14 Agustus 2018   23:35 Diperbarui: 14 Agustus 2018   23:48 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lembaga pendidikan formal bagi Anak Berkebutuhan Khusus masih terbatas. Sumber foto: www.websitependidikan.com

Misalnya, dalam buku The World I Live In Helen Keller menuliskan bahwa: meskipun tidak melihat mendung atau awan gelap di langit; ia tahu bahwa hujan akan datang. Hal ini disebabkan Anne Mansfield Sullivan memberi nama pada menuliskan huruf berbunyi benda-benda atau kondisi alam di lingkungannya pada kulit Helen Keller. Inilah cara Anne Mansfield Sullivan berkomunikasi dengan Hellen Keller. Komunikasi ini bisa terwujud berkat usaha Anne Mansfield Sullivan yang tidak kenal lelah untuk menyentuh kulit Helen Keller dengan gerakan yang membentuk huruf-huruf nama benda atau kondisi lingkungan.              

Kedua, bangun kedekatan

Tanpa adanya kedekatakan, komuniksi dengan ABK akan sulit untuk berjalan. Kedekatan karena adanya ketulusan, rasa kasih sayang, dan juga cinta. Tanpa nilai-nilai ini, kedekatan tidak akan tumbuh dan komunikasi akan terhambat. Kedekatan tersebut bisa kita saksikan pada dokumentasi Anne Mansfield Sullivan dan Helen Keller. Dari gestur atau body language terlihat kedekatan yang luar biasa. Anne Mansfield Sullivan bukan sekadar guru yang memberi instruksi; tetapi juga ia juga berperan sebagai sahabat, orangtua, dan teladan bagi Helen Keller.   

Ketiga, perbanyak kosakata

Dunia dibentuk simbol-simbol bahasa berupa kosakata. Semakin banyak kosakata yang kita miliki, maka semakin luas pula dunia yang kita kenal. Hal inilah yang diajarkan Anne Mansfield Sullivan pada Helen Keller. Memang, usaha tersebut tidaklah mudah atau bersifat instan.

Anne Mansfield Sullivan perlu ratusan kali untuk melakukannya karena sebagai ABK dengan gangguan penglihatan, Helen Keller tidak bisa melihat wujud fisik dari benda atau kondisi yang lambangkan susunan simbol-simbol bahasa tersebut. Usaha ini baru membuahkan hasil pada 5 April 1887. Di hari itu, Anne Mansfield Sullivan menuntun Helen Keller ke pompa air dan memompakan air. Saat Helen Keller menyentuh air dan merasakan dinginnya; Anne Mansfield Sullivan menyentuh kulit Helen Keller dengan simbol bahasa braille dengan huruf W-A-T-E-R (AIR). Inilah momentum di mana runtuhnya batasan antara disabilitas dan non-disabilitas antara Helen Keller dan Anne Mansfield Sullivan. Helen Keller pun mengenal bahwa seluruh alam yang dikenalnya atau 'dilihat' melalui indra peraba, memiliki nama-nama.

Momentum tersebut tidak disia-siakan Anne Mansfield Sullivan untuk menuntun Helen Keller untuk membaca. Dengan demikian, dunia Helen Keller yang semulanya hanya sunyi dan kegelapan, menjadi 'terang benderang' dan luas. Tidak hanya indra peraba, indra penciuman Helen Keller pun semakin terasah. Helen Keller bisa mengetahui perubahan musim di Eropa melalui aroma bunga-bunga tertentu yang diciumnya. Sebab, beberapa bunga memiliki musim tertentu untuk bisa mekar.

Helen Keller tidak hanya sekadar mencium aroma bunga; tetapi mengetahui perubahan musim dan pergantian bulan melalui aroma bunga. Sumber foto: www.indiatoday.in
Helen Keller tidak hanya sekadar mencium aroma bunga; tetapi mengetahui perubahan musim dan pergantian bulan melalui aroma bunga. Sumber foto: www.indiatoday.in
Keempat, ciptakan suasana yang menyenangkan.

Komunikasi tidak akan berjalan dengan efektif tanpa suasanan yang menyenangkan. Dua hal yang menjadi kunci komunikasi dengan ABK atau anak-anak pada umumnya; adalah suasana bermain dan alam bebas (di luar ruangan).

Secara naluriah, anak-anak suka berlari atau bergerak bebas di alam. Tidak mengherankan anak-anak suka membuat keributan dan bergerak aktif bila ditempatkan di dalam ruangan untuk waktu yang lama. Tenaga pendidik yang belum memahami psikologi perkembangan atau pertumbuhan anak akan rentan menilai (memberi label) sebagai anak nakal atau susah diatur. Kondisi tersebut sesungguhnya merupakan 'kebutuhan' tubuh yang juga dialami orang dewasa non-disabilitas. Dengan bergerak di alam bebas; tubuh akan menjadi lebih rileks, hormon pertumbuhan bekerja dengan efektif, dan otak bekerja lebih aktif.

Oleh sebab itu, salah satu langkah untuk membangun komunikasi yang efektif dengan ABK adalah dengan membawa ABK ke luar ruangan. Tentunya, harus dipastikan kondisi di luar ruangan tersebut benar-benar aman bagi keselamatan anak-anak.                  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun