Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Halo, saudara-saudara sedunia. Apa kabarmu? Semoga kebaikan selalu menyertai KITA.

Penulis penuh waktu. Lahir di Sumatera Barat dan berkarya di Yogya. Emerging Writer "Ubud Writers and Readers Festival" ke-11. E-mail: sulfiza.ariska@gmail.com IG: @sulfiza_indonesia Twitter: Sulfiza_A

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menjaga Api Impian dari Titik Nol

23 Desember 2014   02:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:41 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usaha meraih sukses bagaikan lomba lari. Sebagian orang meraih sukses dengan lari estafet. Sebagian lagi (termasuk saya), harus berlari dari titik nol seorang diri.

Setidaknya, itulah yang saya sadari ketika terpilih sebagai Pemuda Berprestasi Tingkat Nasional Penghargaan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI pada 28 Oktober 2010. Dalam momen ini, saya berjumpa pengusaha yang sukses menjadi milyuner di usia 24 tahun. Ia memiliki bisnis dengan omzet Rp. 1.000.000.000 (satu miliar) per bulan.

Saya tidak heran. Rekan saya itu berasal dari keluarga pengusaha kaya dan memiliki fasilitas. Sejak ia kecil, orangtuanya mendidiknya menjadi pengusaha. Ia membawa tongkat ‘api impian sukses’ secara ‘estafet’ dengan 'tim' berupa keluarga. Ia mendapat tongkat di tengah lintasan lari dan bisasampai ke ‘garis finish’ lebih cepat. Sebaliknya, saya berlari dari titik nol ‘garis start’ seorang diri.

Saya dalam Hari Sumpah Pemuda ke-82 di Surakarta, 28 Oktober 2010

(Foto. Dok. Penulis).

1419250011729569439
1419250011729569439

Saya (kemeja cokelat) dalam Ubud Writers and Readers Festival

(Foto. Dok. Anggara Mahendra/UWRF)

Selain penghargaan Menpora RI, saya terpilih sebagai penulis emerging Indonesia Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) ke-11 pada 1-5 Oktober 2014 di Bali. Dalam festival sastra Internasional ini, saya dikenal sebagai penulis pemenang penghargaan Nasional.

Untuk meraih pencapaian-pencapaian sederhana tersebut, saya perlu ‘berdarah-darah’. Saya berasal dari pelosok Sumatera Barat. Saya tidak berasal dari keluarga penulis/sastrawan. Sebelum saya terpilih sebagai penulis emerging Indonesia UWRF, bisa disebut keluarga tidak setuju. Pendidikan di daerah saya pun masih terbelakang. Saya harus terbang ke Yogyakarta untuk mengejar ketertinggalan dalam pendidikan dan berjuang menjadi penulis.

Meski belum sukses menjadi milyuner di usia 24 tahun, saya tidak kecewa. Bagimanapun, saya meraih 'sukses pribadi’. Suatu hari nanti, saya yakin menjadi milyuner. Menjaga api impian dari titik nol; menganugerahi saya keteguhan, kesabaran, rasa syukur, dan iman; inilah yang membuat perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun