Sampang akan mencapai umur yang tak lagi belia, kabupaten tercinta ini telah memasuki hari jadi yang ke 4 abad.
Sebagaimana yang telah diketahui bersama Kabupaten Sampang yang juga dijuluki sebagai Kota Bahari (Kota Bersih, Agamis, Harmonis, Aman, Rapi dan Indah) ini telah melalui berbagai dinamika dalam perjalanan sejarahnya, mulai dari zaman kerajaan, kolonial bahkan sampai saat ini.
Jika kita refleksi ke belakang dengan melihat dan membaca dari berbagai sumber sejarah, banyak ditemui berbagai bukti bahwa Sampang pernah menjadi titik sentral peradaban di Madura.
Oleh karenanya, dalam rangka merefleksikan hari jadi Sampang yang ke 400 tahun. Himpunan Mahasiswa Sampang (Himasa) Surabaya bersama dengan Disporabudpar Kabupaten Sampang yang dalam hal ini diwakili oleh taretan Umar Faruk, S. Hum (Tim ahli cagar budaya Sampang) melaksanakan kajian tentang sejarah perdaban Sampang.
Kajian yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Surabaya pada Kamis, 26 Oktober 2023 yang dihadiri oleh Mahasiswa asal Kabupaten Sampang dari berbagai kampus di Surabaya yang terhimpun dalam HIMASA Surabaya.
Tujuan dilaksankannya kajian tentang kedaerahan yang tidak lain sebagai edukasi terhadap Mahasiswa & Pemuda/i tentang pengetahuan dan sejarah lokal untuk melestarikan serta mengapresiasi warisan budaya daerah, yang merupakan bagian penting dari identitas masyarakat Sampang, agar juga memotivasi generasi muda untuk lebih mencintai dan menghargai sejarah serta budaya mereka sendiri.
"Sejarah lokal akan terus relevan sebagai salah satu dalil membentuk peradaban baru dan mempertahankan kearifan lokal yang tercerabut karena dominasi topik nasional dan global," Ujar narasumber pada kajian tersebut. Umar Faruk "Menjadi Indonesia tidak harus menjelma manusia Jawa apalagi Jakarta. Â Mempertahankan kemaduraan juga merupakan bagian dari menjadi Indonesia seutuhnya," Imbuh Narasumber pada closing statement.
Selaras dengan pernyataan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Sampang Surabaya Taretan Rizki yang mengungkapkan bahwa, "Sejatinya jati diri serta identitas sebuah daerah adalah anak mudanya, ketika anak muda sudah lupa dan antipati pada sejarah, tradisi serta budaya yang menjadi almamater kebanggaannya, maka akan hilang pula identitas serta jati diri daerah tersebut," kata Rizky, Ketum Himasa Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H