Mohon tunggu...
Subandi Arya MS
Subandi Arya MS Mohon Tunggu... -

kerja di poso, sulteng, hasilnya masih ditabung buat ziarah ke vietnam.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Maaf SBY, Takut Singapura dan Ketidakpedulian pada Rakyat di Riau

25 Juni 2013   18:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:26 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Presiden SBY sungguh terlalu! Hingga kini engkau tidak meminta maaf kepada rakyatmu sendiri di Riau yang juga mendapat dampak asap dari kebakaran hutan itu.  Seperti kita tahu, baru-baru ini, Presiden SBY meminta maaf kepada Singapura dan Malaysia atas kiriman asap dari hutan Sumatera yang terbakar yang membuat dua negara tetangga itu kalangkabut.

Dalam permintaan maaf itu, SBY dengan mimik sedih melalui konfrensi pers dilayar TV, memohon pengertian kepada kedua negara tersebut dan menegaskan bencana itu bukanlah kesengajaan. Bahkan untuk urusan itu, SBY mendesak jajaran pemerintahannya untuk fokus mengatasi dengan menghentikan kebakaran dan penyebaran asap ke Singapura dan Malaysia.

Sementara di Propinsi Riau sendiri, kabut asap yang dialami rakyatnya tak kalah parah dengan yang dialami Singapura dan Malaysia. Ironisnya, SBY hingga detik ini tidak pernah memohon maaf kepada masyarakat Riau dan sekitarnya padahal sama-sama korban. Menurut beberapa berita, banyak rakyat di Riau yang saat ini mengalami ganggaun kesehatan kritis akibat kabut asap dari hutan mereka yang dibakar oleh perusahaan dari Singapura dan Malaysia.

Permintaan maaf SBY pada dua negara kecil itu adalah gambaran ketakutan SBY terhadap Singapura. Seperti diketahui, negara berpenduduk  6 juta jiwa itu ada adalah sekutu terkuat Amerika di Asia Tenggara, negara yang selalu memberikan fasilitas dan pangkalan militer kepada Amerika di selat Malaka.

Eratnya kerjasama keamanan Singapura-Amerika Serikat diperkuat oleh penandatanganan The Strategic Framework Agreement di Washington pada Juli 2005 oleh Perdana Menteri Lee Hsien Loong dan Presiden George W. Bush. Melalui perjanjian itu, kerjasama kedua negara diidentifikasikan sebagai major security cooperation partners.

Ketakutan lain SBY pada Singapura adalah tidak berani memerintahkan menangkap para koruptor  kelas kakap Indonesia yang lari ke Singapura, negara julukan singa itu masih menjadi tempat persembunyian yang nyaman bagi para koruptor Indonesia. Perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Singapura tidak berlaku lagi karena Indonesia belum meratifikasi perjanjian sejak tahun 2007.

Selain takut, SBY secara keluarga punya hubungan dekat dengan Singapura kalau tidak mau dibilang antek Singapura. April lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima gelar doktor honoris causa dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura, yang juga merupakan almamater dua putra SBY, Agus Harimurti dan Edhie Baskoro Yudhoyono.

Asap dari Indonesia yang membuat murka Singapura semakin membuat jelas  ketakutan SBY pada Singapura. Padahal, para pembantunya, menteri-menteri terkait secara terang-terang meminta Singapura untuk berkaca sebelum menyalahkan Indonesia. Menteri Kehutanan dan Menkokesra bahkan dengan tegas meminta Singapura untuk terlibat mengatasi kebakaran hutan sebagai bentuk tanggung dijawab karena disana ada keterlibatan pengusaha dan perusahan-perusahaan asal Singapura dan malaysia yang terlibat pembakaran hutan.

Tak cukup itu, Menteri Luar negeri bahkan dengan tegas menolak permohonan maaf Indonesia yang didesak oleh Singapura. Namun, apa lacur, ditengah ketegasan para pembantunya itu diam-diam SBY meminta maaf. Permohonan maaf itu sontak saja membuat perdana menteri Singapura Lee Hsian Loong tersenyum lebar seraya mengatakan di media-media. “Menerima permintaan maaf Dr. Yudhoyono,”

Permintaan maaf SBY itu menandakan bahwa pemerintah Indonesia mengakui segala kesalahannya dan tidak akan menuntut perusahaan-perusahaan Malaysia dan Singapura yang telah membakar hutan Indonesia, Miris melihat sikap pemimpin kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun