Adegan-adegan dalam al-Qur’an memberi perhatian lebih pada kengerian yang meliputi seluruh alam, menembus jiwa manusia, dan mengguncangnya. Ilustrasi kengerian (al-Qur’an) ini benar-benar menyebabkan langit terpecah, bumi dan gunung berguncang. Al-Qur’an mengilustrasikan kondisi psikis, makna abstrak, adegan nyata, kondisi konkret, teladan manusia dengan sangat sensitif dan imijinatif. Bagi seorang mukmin, menghayati al-Qur’an akan merasakan seolah-olah pemaparan al-Qur’an adalah adegan yang dipertunjukkan dan peristiwa yang benar-benar terjadi. Ia merasa seolah-olah melihat pelaku-pelaku yang datang silih berganti, ekspresi-ekspresi emosi dengan bermacam-macam kesadaran yang timbul dari sikapnya terhadap sesuatu yang dipengaruhi situasi sekelilingnya. Maka al-Qur’an yang di tadabburi dengan kebeningan hati merasakan al-Qur’an menjadi sebuah kehidupan bukan sekedar cerita kehidupan belaka. Deskripsi adalah sarana yang diunggulkan dalam gaya bahaya al-Qur’an.
Al-qur’an membawa pembacanya melalui dimensi dialog dengan nalar dan akal, selanjutnya dimensi dialog dengan rasa dan emosi.Dalam beberapa episode al-Qur’an menyuguhkan adegan-adegan kiamat, ilustrasi-ilustrasi yang menggetarkan, epos-epos indah,kisah-kisah teladan. Di episode lainnya termegahkan oleh paparan-paparan hukum. Tak ayal lagi. sebagai seorang mukmin kita harus mengembalikan emosi kita pada al-Qur’an. Pada emosi tulus itu akan menyemburatlah pesonanya. Sebuah kemenawanan yang diakui oleh segenap muslim maupun kafir. Orang-orang kafir terpesona lalu lari menjauhinya sembari menyerukan,”Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkannya (mereka).” (Q.S. Fushshilat [41]: 26). Sementara orang-orang beriman terpikat olehnya lalu mengiyakannya, kemudian memenuhi jiwa mereka dengan keimanan dan keyakinan.
Setelah mengenal nuansa-nuansa yang tersajikan dala Kitab Suci Umat Islam, al-Qur’an, ini. Saatnya untuk manarik satu tema yang kelak mampu mendobrak kesadaran penuh untuk mengiklaskan penghambaan kepada Allah dengan beragama yang lurus. Jelas tema tersebut terpetik dari awal firman Allah dalam Q.S al-Baqarah 1-5: ” Alif Lam Mim, Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rizki yang kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (al-QUr’an) yang diturunkan kepadamu (Muhamad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelumnya sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat, mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Maka topik yang akan dideskripsikan disini pada kalimat yang ditebalkan tersebut yakni mengenai keyakinan pada hari Akhir.
Adegan-adegan kiamat didistribusikan dalam hampir seluruh surah al-Qur’an meskipun jumlahnya terbanyak terdapat dalam surah-surah makiyyah.Ide tentang alam akhirat begitu mendalam pada hati manusia hingga barometer keterjagaan hati-dan ia telah ada sejak praIslam (baik dalam paganisme maupun religi). Al-Qur’an mengantarkan mereka ke cakrawala-cakrawala alam akhirat seolah-olah ia sama sekali belum pernah tersingkap dalam sejarah kemanusiaan dan seakan-akan ia belum pernah dideskripsikan imijinasi manusia sejak ia tumbuh di hati Mesir Kuno hingga kemanusiaan siap menyambut keberadaan Islam.
Bersambung…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H