Mohon tunggu...
Auliana Miftakhul Huda
Auliana Miftakhul Huda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Auliana Miftakhul Huda lahir di Sragen pada 16 Juli 2009. Gadis SMP itu sudah memiliki hobi menulis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Sekarang ia sedang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Al Qolam Muhammadiyah Gemologist

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta dan Cita

27 Januari 2024   08:30 Diperbarui: 27 Januari 2024   08:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

  Lukisan bulan sabit yang indah terlihat dari wajah Wijoyo, setelah sekian tahun lamanya ia dapat menikmati sawah dan kebunnya sendiri tanpa campur tangan orang lain bahkan bangsa lain. Sudah beberapa tahun terakhir ini Wijoyo selalu berucap syukur pada Tuhan, ia masih belum bisa sepenuhnya memaafkan keberingasan Belanda dan Jepang kala itu. Peperangan dari ia lahir hingga mempunyai anak. Perjuangan pemberontak membuahkan hasil yang memuaskan, walaupun makan saja masih susah. Memang Wijoyo mempunyai sawah lebih dari satu, tapi untuk makan begitu susah.

"Le maem karo sego jagung sik ya, berase entek." Ucap Wijoyo kepada putranya, Jagad.

  Jagad adalah putra ke tiga Wijoyo dalam Bahasa Jawa tri (tiga). Jagad adalah anak lelaki yang paling cerdas, kreatif, ceria, pelawak dan pendongeng. Ia sangat menyukai cerita-cerita sejarah, legenda dan agama. Ia adalah satu-satunya anak lelaki Wijoyo yang tinggi badannya lebih tinggi ketimbang saudaranya yang lain. Namun, di umurnya yang sudah 20 tahun lebih ini belum menemukan kekasih hatinya. Hal ini yang membuat Wijoyo khawatir terhadap putranya itu.

"Mboten nopo-nopo Pak," jawab Jagad. “Dulu wae pas Londo masih ada di Indonesia hidup kita lebih nelangsa Pak.” Sambung Jagad.

"Makasih Le, sudah ngertiin Bapak. Le apa kamu masih melanjutkan perang mu di Ambarawa?" Tanya Wijoyo sedikit khawatir, bagaimana tidak khawatir rekan seperjuangan anaknya juga anak dari sahabatnya pulang hanya namanya saja pekan lalu. Ajino namanya, usianya lebih tua 3 tahun ketimbang Jagad. Ia gugur saat perang, padahal istrinya sedang mengandung anak pertamanya. Ia bukan hanya rekan seperjuangan Jagad, tetapi ia juga teman masa kecilnya. Masa kecil dengan penuh pertumpahan darah bahkan hingga ia sudah sedewasa seperti sekarang ini Tanah Air yang ia cintai masih berjuang.

"Iya Pak, Jagad harus tetep berjuang. Doa ne nggih Pak." Jawab jagad dengan wajah yang menunduk ke bawah. Ia sudah menebak bahwa Bapak akan sangat khawatir saat ia pergi berperang, apalagi Ibu, tapi saat percakapan antara lelaki paruh baya dan lelaki muda pagi itu untuk tidak ada Ibu di sana. Ibu adalah orang yang paling khawatir dengan Jagad.

  "Pesene Bapak tetep jaga salat lan ngajine Le." Pesan Wijoyo kepada putranya itu. Jujur saja ia tak sepenuhnya rela melepas anaknya itu untuk turun ke medan perang. Jagad adalah anak yang paling dekat dengan Bapak dan Ibu, jadi wajar saja Bapak begitu khawatir dengan Jagad.

(Lanjut part 2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun