Sebuah kode hati telah ku persembahkan pada hari istimewanya, bahkan pesan semalam yang ku kirimkan harusnya mampu dia terjemahkan. Namun entah tidak tahu atau pura-pura tidak tahu seakan – akan semuanya tidak berarti.
Sebuah expekstasi terpatahkan. Seharusnya ada reaksi  atas aksi, namun yang kudapati adalah kode-kode samar yang semakin mengumbar teka-teki. Sayang , entah  ini cara tuhan menguji atau memaki yang pasti tidak ada kode sejelas bunga mawar merah  sebagai tanda kecondongan hati  ingin memiliki dirinya esok hari yang ku dapati hingga hari ini.
Nanar dengan kehidupan yang masih perlu diperjuangkan, dirimu seolah-olah pamer pada diriku dalam tingkah polah yang penuh tanda tanya. Antara iya dan tidak, antara cinta atau hanya kekaguman. Â Kenapa tidak kau balas saja dengan mawar merah agar aku tidak berulah dan pasrah dengan hati yang sudah terlanjur lelah dengan kode kode yang tidak jelas.
Sudah banyak luka dihatiku dan saat ini masih dalam masa pemulihan, aku dihianati dan dibohongi, kemudian  diremuk redamkan oleh permainan kata nan pada akhirnya mengundang rasa yang meradang. Kau malah sibuk dengan keramah-tamahan kepada semua orang.  Jahat sekali.
Hai sang penerima bunga mawar merahku. Aku tidak menyapamu sebagai teman biasa ataupun sahabat.  Tidak dapatkah kau lihat, aku dan senyumanku begitu lepas saat bersamamu. Aku dan apa adanya diriku sempurna di depanmu. Aku bahkan tidak peduli kau menjahati siapa di masa lalumu yang pasti  aku menginginkan  kau mengembalikan bunga mawar merahku bersama sebuah ucapan bahwa aku juga mencintaimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H