Mohon tunggu...
Sularto Aras Hamka
Sularto Aras Hamka Mohon Tunggu... Lainnya - Wakil Kepala Sekretariat Perusahaan Permodalan Nasional Madani (PNM)

Praktisi pemberdayaan, sosiopreneur, penulis buku, motivator bisnis UMKM, motivator anak muda dalam memperbaiki hidup lebih baik. IG dan TikTok @sulartoarashamka.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ayuk Rame-Rame Menjadi Pribadi yang Bermanfaat

14 Maret 2024   08:34 Diperbarui: 15 Maret 2024   08:30 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup akan menjadi lebih berbahagia jika kita dibutuhkan oleh orang lain. Hidup juga akan menjadi kelabu jika kita menjadi pribadi yand dibenci oleh lingkungan sekitar kita. Resep sederhana agar hidup kita dibutuhkan oleh orang lain ada menjadi pribadi yang bermanfaat.

Untuk memberikan manfaat pada sesama sebetulnya tidaklah sulit, ini tergantung pada kemauan kita. Sebelum tulisan ini saya lanjutkan, penulis akan bercerita sedikit soal kisah nyata yang dialami oleh senior penulis.

Orang ini selalu menjadi panutan atas pencapaian-pencapaian yang telah Beliau peroleh, bahkan sampai saat ini.

Kira-kira 15 tahun silam, senior saya ini telah telah lama berrumah tangga. Tapi takdir membawa pada usia perkawinan yang cukup lama. Beliau dan istrinya tak kunjung mendapatkan momongan.

Lalu, istri Beliau mengamati ada nenek-nenek yang hidup sebatang kara. Si istri terketuk untuk mendatangi rumah si nenek ini, dan kemudian secara rutin setiap bulan si istri memberikan bantuan pada di nenek.

Sampai pada bulan kesekian, si nenek bertanya pada di istri. Isi pertanyaannya kira-kira, mengapa pasangan senior saya ini baik sekali. Dan si nenek akan mendoakan apa yang diminta oleh pasangan ini.

"Nak ..kok kamu baik sekali, oia kira-kira apa yang belum kamu peroleh yang bisa saya bantu doa" tanya si nenek.

Si istri menjawab kebaikan ini dilakukan ikhlas tanpa pamrih apapun. Lalu si istri menjawab memang ada doa yang belum terkabul. Sampai saat itu pasangan senior saya ini belum memiliki anak di usia perkawinan yang tak bisa dibilang singkat.

Beberapa bulan berlalu, secara medis ternyata baru ketahuan ada sumbatan yang menghalangi untuk bisa hamil. Dan sejak saat itu dokter telah mengetahui masalahnya.

Alhamdulilah, 2 atau 3 bulan dari kejadian ini sang istri dipastikan hamil oleh dokter dan saat ini si anak telah kisaran usia 15 tahunan.

Mengapa Kita Harus Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat?

Banyak tulisan yang membahas pentingnya menjadi pribadi yang bermanfaat. Kita ingat salah satu perintah Rasulullah saw kepada umatnya. Sabda Beliau:

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu'jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahhah)

Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh kita semua. Kita diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain.

Dari kisah di atas kita dapat mengambil hikmah, manfaat kita memberikan manfaatkan kepada orang lain, semuanya akan kembali untuk kebaikan diri kita sendiri. Sebagaimana firman Allah:

"Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri ..." (QS al-Isr/ 17: 7), dan sabda Rasulullah saw:

"... dan barangsiapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah (akan senantiasa) membantu keperluannya." (Hadits Riwayat Bukhari, Shahh al-Bukhriy, juz III, hal. 168, hadits no. 2442 dan Muslim, Shahh Muslim, juz VIII, hal. 18, hadits no. 6743 dari Abdullah bin Umar r.a)

Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca al-Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya." (Hadits Riwayat Muslim, Shahh Muslim, juz VIII, hal. 71, hadits no. 7028, dari Abu Hurairah r.a.)

Bagaimana caranya agar kita menjadi pribadi yang bermanfaat?

Allah berfirman:

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Ysuf/12: 53)

Suatu ketika, Hasan al-Bashri menyuruh beberapa muridnya untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Dia berkata, "Temuilah Tsabit al-Bunani dan pergilah kalian bersamanya." Lalu, mereka mendatangi Tsabit yang ternyata sedang (melakukan) i'tikaf di masjid. Dan, Tsabit pun meminta maaf, karena tidak bisa pergi bersama mereka. Mereka pun kembali lagi kepada Hasan dan memberitahukan perihal Tsabit.

Hasan berkata, "Katakanlah kepadanya, 'Hai Tsabit, apa engkau tidak tahu bahwa langkah kakimu dalam rangka menolong saudaramu sesama muslim itu lebih baik bagimu daripada ibadah haji yang kedua kali?'" Kemudian, mereka kembali menemui Tsabit dan menyampaikan apa yang dikatakan Hasan al-Bashri. Maka, Tsabit pun meninggalkan i'tikafnya dan pergi bersama mereka untuk membantu orang yang membutuhkan.

Banyak cara bisa dilakukan agar menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Bisa dengan menolong dalam bentuk tenaga, memberikan bantuan dalam bentuk materi, memberi pinjaman, memberikan taushiyah keagamaan, meringankan beban penderitaan, membayarkan utang, memberi makan, hingga menyisihkan waktu untuk menunggu tetangga yang sakit.

Bekerja juga menjadi salah satu cara untuk bisa memberikan manfaat pada sesama. Kita yang bekerja mari kita niatkan untuk bantu yang membutuhkan.

Jika kita menjadi pemimpin yang baik juga bermanfaat bagi bawahannya, sebagaimana penguasa yang adil pun bermanfaat bagi rakyatnya. Bahkan, membuat orang lain menjadi gembira juga termasuk amalan bermanfaat yang dicintai oleh Allah SWT.

Adalah (sebuah) ironi, jika banyak orang kaya yang lebih senang naik haji berulang kali daripada membantu kaum dhuafa' yang membutuhkan uluran tangan. Banyak juga orang kaya yang 'jor-joran' (berlomba-lomba) membangun masjid mewah, sedangkan di sekelilingnya masih banyak kaum fakir-miskin yang membutuhkan bantuan. Padahal, Allah tidak butuh disembah dengan indahnya masjid ataupun ibadah haji yang berulang-ulang.

Mengapa kita tidak pernah berfikir untuk beramal saleh dengan cara 'memberi manfaat' pada semua orang yang berinteraksi dengan diri kita, atau (bahkan) beramal saleh dengan cara berbuat baik kepada sesama makhluk Allah, yang lebih kita prioritaskan dalam situasi dan kondisi tertentu daripada sekadar membangun kesalehan spiritual yang tak banyak berguna bagi orang lain?

Kita tak perlu mengatakan bahwa urusan akhirat itu lebih penting daripada urusan dunia, atau sebaliknya. Karena keduanya saling melengkapi.

Ingat firman Allah,

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS al-Qashash/28: 77)

Tiga langkah menjadi pribadi yang bermanfaat

Langkah Pertama: Niatkan Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat

Kuncinya adalah kemauan. Kemauan kita akan dapat memberikan manfaat kepada orang lain. (1) Jika kita memunyai harta, kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain dengan harta. (2) Jika kita memunyai ilmu, kita bisa memberikan manfaat ilmu kepada orang lain. (3) Jika kita memunyai tenaga, kita bisa memberikan manfaat dari tenaga kita kepada orang lain.

Ini adalah langkah awal. Anda harus memiliki kemauan untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Bagaimana pun kondisi Anda. Jangan malah mencari-cari cara untuk mendapatkan manfaat dari orang lain, bahkan memanfaatkan orang lain.

Jika Anda mau, bagaimana pun kondisi Anda, Anda bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Bagaimana? Mau atau tidak? Jadi kata kuncinya adalah: "kemauan".

Langkah Kedua: Take Action Now Jangan Nato (No Action Talk Only)

Apa yang bisa Anda 'lakukan sekarang' untuk memberikan manfaat kepada orang lain? Anda bisa berbagi (melakukan sharing) artikel ini melalui facebook atau twitter Anda, misalnya. Ini jauh lebih memberikan manfaat kepada teman-teman Anda daripada Anda sibuk mengupdate status yang tidak penting, bahkan hanya berisi keluhan dan caci maki.

Lihatlah sekitar Anda, adakah yang bisa Anda bantu. Adakah yang bisa Anda lakukan untuk memerbaiki lingkungan, rumah, atau kantor Anda? Akan banyak yang bisa Anda lakukan untuk memberikan manfaat kepada orang lain.

Langkah Ketiga: Jadikan Memberikan Manfaat Sebagai Gaya Hidup Anda

Jika memberikan manfaat kepada orang sudah menjadi kebiasaan Anda, maka Anda sudah mulai menjadi pribadi yang bermanfaat. Pada langkah kedua, Anda baru disebutkan melakukan kebaikan (belum menjadi akhlaq), namun jika sudah menjadi kebiasaan dan menjadi gaya hidup Anda, maka Anda sudah mulai menjadi pribadi yang bermanfaat.

Ini yang kadang-kadang dilupakan orang. Banyak orang yang hanya membahas sampai pada taraf 'melakukan kebaikan' dengan cara membantu orang orang lain. Namun hal itu belum menjadi kepribadian, baru sebatas mau melakukan. Sebuah tindakan, akan menjadi sebuah akhlaq pada saat Anda sudah melakukannya dengan biasa, tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

Ketika Anda memberi, belum tentu merupakan kepribadian Anda. Namun jika Anda sudah biasa memberi dan menjadi gaya hidup Anda, barulah disebut kepribadian (Anda).

Kita tidak perlu khawatir, sekecil apa pun amal saleh kita, Allah akan membalasnya dengan pahala yang sepadan dengannya. Sebagaimana firmanNya:

"Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya ." (QS al-Zalzalah/99: 7)

Ayuk rame-rame memberikan manfaat pada sesama dan pasti kita bisa. Tanpa diminta pun hadiah Allah akan menunggu kita. Rame-rame memberikan manfaat juga bisa kita lihat dari aksi-aksi perusahaan dalam memberikan bantuan bagi yang membutuhkan. 

Seperti pada hari Senin (4/3) PT Permodalan Nasional Madani (PNM) melalui program PNM Peduli 

memberikan bantuan pada 3000 lebih anak yatim dengan memberikan bantuan kebutuhan pokok dan uang saku menyambut ramadhan. Mari membiasakan diri untuk menjadikan menjadi pribadi yang bermanfaat sebagai gaya hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun