Mohon tunggu...
Sulaeman Rasyid
Sulaeman Rasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Telkom University

Saya merupakan mahasiswa aktif di Telkom University prodi ilmu komunikasi yang menyukai berbagai macam kesenian yang ada di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alat Musik Tradisional Kendang

14 November 2023   18:15 Diperbarui: 14 November 2023   18:15 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Kendang

            Kendang, sebagai salah satu alat musik khas Jawa Barat, memiliki sejarah dan keunikan yang mencerminkan kekayaan budaya Pulau Jawa. Sebagai alat musik membranofon, kendang terbuat dari kulit, menciptakan suara yang khas dan mendalam. Keberadaan kendang diyakini berasal dari zaman kebudayaan logam prasejarah atau zaman perunggu, diwujudkan oleh kebiasaan manusia pada peradaban awal yang suka memukul benda di sekitar mereka sebagai ekspresi rasa gembira, terutama setelah hasil berburu. Menurut laman Kebudayaan Kementerian Pendidikan, manusia pada zaman prasejarah telah mengenal alat musik gendang sejak zaman neolitikum, dengan bentuk awal yang sederhana. Gendang memiliki peran penting dalam budaya Jawa, menjadi salah satu instrumen utama dalam gamelan, sebuah ansambel musik tradisional Jawa. Sementara itu, dalam budaya Sunda, gendang tak terlepas dari ansambel degung, menunjukkan keberagaman penggunaan alat musik ini dalam konteks budaya yang berbeda di Jawa Barat. Kendang merupakan salah satu instrument tradisional yang boleh dikatakan memberi pengaruh besar terhadap kesenian dan memiliki peranan yang sangat penting dari beberapa waditra yang terdapat dalam gamelan. Seiring berkembangnya fungsi dan peran kendang di beberapa genre musik di atas, kendang pada umumnya memiliki fungsi tersendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Soepandi (1983:9).

Kendang merupakan bagian integral dari gamelan, bersama dengan alat musik lain seperti baron, gambang, dan gong. Keseluruhan ansambel gamelan ini menjadi bagian dari warisan budaya tak benda Indonesia yang diakui oleh UNESCO pada tahun 2014. Pengakuan ini menunjukkan pentingnya gendang dan alat musik tradisional lainnya sebagai penjaga nilai-nilai dan kekayaan budaya, serta sebagai representasi unik dari warisan seni musik Indonesia. Selain menjadi elemen musikal, kendang dan gamelan secara lebih luas membantu mempertahankan identitas budaya, menghubungkan generasi sekarang dengan warisan nenek moyang mereka. Keberlanjutan pemakaian kendang dan pengakuan internasional membuka peluang untuk lebih mempromosikan dan melestarikan alat musik tradisional, menginspirasi minat dan apresiasi terhadap keindahan seni musik Indonesia. Dengan demikian, kendang tidak hanya menjadi bagian dari sejarah Jawa Barat, tetapi juga menerangi masa depan sebagai simbol kekayaan dan keunikan budaya yang harus terus dijaga dan dilestarikan.

B. Nilai sejarah Kendang

            Kendang, alat musik tradisional Jawa Barat, memikat perhatian dengan asal usulnya yang mencakup rentang waktu sejak abad ke-9 Masehi. Memiliki beragam nama seperti pataha, padahi, murawa, marsala, dan lainnya, kendang bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan bahan pembuatannya. Sebagai alat musik membranofon yang terbuat dari kulit hewan, kendang diyakini telah ada sejak zaman logam prasejarah di Indonesia. Penggunaan kendang sebagai ekspresi kebahagiaan manusia sejak zaman dahulu tercermin dalam temuan kendang tertua dari masa neolitikum, yang terdiri dari batang kayu berongga dan kulit ikan atau reptil sebagai penutupnya. Melalui peradaban berikutnya, kendang berkembang menjadi drum kayu yang menggunakan kulit binatang sebagai penutupnya, bahkan ditemukan stik pukul untuk memainkannya. Menurut Supanggah, kendang sebagai pemimpin dalam sajian karawitan untuk memulai gending, mempercepat dan memperlambat tempo, beralih dari gending satu ke gending yang lainnya, serta memberikan jiwa pada gending. Bagus tidaknya sajian karawitan yang ditampilkan, bergantung kepada bagus tidaknya pengendang memainkan kendang dalam sajian karawitan.

Sejak abad ke-9 Masehi, kendang telah dikenal di Jawa dengan beragam nama seperti damaru, panawa, dan lainnya. Relief candi, seperti di Candi Borobudur dan candi lainnya, menggambarkan jenis kendang yang berbeda, dari silinder hingga kerucut. Meskipun ada kemiripan antara catatan sejarah Jawa dan India, tidak dapat disimpulkan bahwa kendang Jawa berasal dari pengaruh India. Kendang tidak hanya berdiri sendiri; jenis-jenis lain terkait dengan selaput kulit, seperti trebang dan bedug, turut memperkaya keragaman alat musik tradisional. Dalam kitab-kitab seperti Kidung Malat dan Ghatotkacasraya, istilah bedug dan tipakan muncul, menunjukkan keberadaan instrumen lain yang menggunakan selaput kulit.

Ukuran kendang juga memberikan variasi, mencakup ketipung untuk ukuran kecil, ciblon atau kebar untuk ukuran sedang, dan kendang gedhe atau kendang kalih untuk ukuran besar. Bahkan, kendang khusus untuk pewayangan, kendang kosek, mencerminkan penggunaan yang beragam dalam berbagai konteks budaya Jawa Barat. Keseluruhan sejarah dan variasi kendang menciptakan sebuah narasi yang menakjubkan tentang kekayaan dan kompleksitas warisan seni musik tradisional di Jawa Barat yang perlu dilestarikan dan dihargai.

C. Peran kendang

            Kendang, sebuah alat musik berbentuk silinder, menandai keberagaman penggunaannya dalam konteks budaya Indonesia. Sejak awalnya, kendang bukan hanya alat musik, melainkan juga bagian dari seni bela diri pencak silat. Tradisi ini masih hidup dan dijaga hingga sekarang di beberapa daerah di Indonesia, menunjukkan keberlanjutan dan relevansinya dalam warisan budaya. Selain perannya dalam seni bela diri, kendang memainkan peran penting dalam konteks kebudayaan lebih luas. Penggunaannya meluas ke dalam kegiatan pernikahan, di mana kendang menjadi musik pengiring yang memberikan nuansa khusus pada momen tersebut. Yang paling penting lagi bermain kendang itu harus ikhlas, karena dengan ikhlas kita akan dapat merasakan sesuatu dalam tarian yang sedang disajikan. Sehingga dampaknya akan dirasakan oleh penonton atau orang yang mendengarkannya menjadi terkesima oleh tepakan kendang kita (wawancara, 2017). Kendang juga hadir dalam menyambut tamu dan berbagai acara kebudayaan lainnya. Kemampuannya untuk beradaptasi dan berperan dalam berbagai konteks budaya menunjukkan fleksibilitas kendang sebagai alat musik yang sangat dihargai dan digunakan secara luas.

Kendang, dengan bentuknya yang khas dan kemampuannya untuk menciptakan berbagai jenis suara, bukan hanya menjadi simbol seni bela diri yang kuat tetapi juga merupakan elemen tak terpisahkan dari pesta dan upacara tradisional di Indonesia. Keberagaman fungsi kendang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia yang kaya dan kompleks. Sebagai alat musik yang memiliki sejarah panjang dan beragam peran dalam kehidupan sehari-hari, kendang tetap menjadi salah satu elemen yang membanggakan dalam menyuarakan kekayaan budaya Indonesia di mata dunia.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun