Alkisah terlahir seorang anak gadis yang manis, cantik, jelita serta anggun mempesona. Berparas centil dan manja mirip Cinderella dari negeri Somalia. Ketika berbicara terbata-bata dan selalu menampakkan aurora yang membuat orang klepek-klepek terpana. Mata akan selalu belalak tanpa kedipan karena keperawakan aduhai. Ketika berjalan lenggak-lenggok mirip ondel-ondel betawi bak model superstar Bolywood Rani Mukerji. Dia begitu sangat menggugah selera bagi para adam shaleh yang terpikat dan terpukau karena keshalehahannya. Siapa dia, Julaeha bin Jumakir namanya.
Gadis yang dilahirkan di dataran semi tinggi ini miskin sinyal dan krisis air ini mampu menghits jagad Desa karena paras manis dan kecerdasannya. Besar dari Desa yang sangat religious dan tertib masyarakat ini membentuk Julaeha menjadi seorang yang mandiri dan shalehah. Dari cara berpakian, bertutur kata serta gaya kesederhanaanya yang selalu dijaga. Lambat laun, si Julaeha ini bekerja dan mempunyai banyak teman yang beragam latar belakangnya. Membuat dia mulai paham akan pentingya perbedaan demi sebuah eksistensi kekeluargaan. Salah satu teman Julaeha adalah Jaelani bin Slamet seorang pemuda yang tampan, rupawan, cerewet, shaleh,romantic, baik hati, tidak sombong dan suka menabung.
Dari kebiasaan bertemu dan berkomunikasi saban waktu antara Julaeha dan Jaelani mengantarkan ada benih-benih rasa (esthetis, geovel, karsa). Karena memang cinta datang karena telah terbiasa. Membuat saling perhatian, saling salam, sapa dan senyum baik tatkala bertemu ataupun via WA. Namanya juga manusia tercipta untuk saling mengasihi dan menyayangi. Kebiasaan itu membuat mereka terkadang mulai ada rasa malu-malu kucing. Julaeha pendiam, Jaelani cerwet dua karakter inilah yang saling melengkapi membuat rasa rindu nan menggebu terbersit bayang-bayang dari setiap lamunan yang ada dibenak pikran mereka berdua.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan sampai tahun berganti tahun. Rasa itu begitu terpendam tanpa sedikitpun rasa itu hilang. Akhirnya daripada galau yang berlebihan Jaelani memberanikan diri untuk mengungkapkan isi perasaan yang sudah diambang batas kewajaran. Jaelani ini sebenarnya pemalu, karena saking luapan emosi rasa harus disemburkan. Maka nekad untuk menyampaikan sabdha tama dibenak kalbu yang membara terisi asmara. Selanjutnya mereka saling WAnan dan Jaelani meyakinkan untuk bisa bertemu, Julaeha pun mengamini ajakan Jaelani karena sama-sama ada rasa.
Menunggu pertemuan berdua bak menonton pertandingan gladiotar espana yakni hati berdebar seperti spot jantung naik bus Surabayanan. Mata terpejam, bibir lirih terucap, jiwa raga lunglai tak berdaya seperti belum sarapan, cucuran keringat dingin terkumpul seperti kolam renang dan tentunya hati dan pikiran tidak karuan. Inilah sebuah perasaan sama-sama dari kedua para pejuang rasa yang ingin segera diungkapkan. Kepercayaan diri hilang, lemah, letih, lesu dan lunglai tak berdaya dan bernyawa. Tibalah mereke menepati janji untuk saling bertemu di bukit Tidaran dimana tempat yang sangat suci dan keramat. Diyakini oleh para leluhur merupakan salah satu tempat yang mujarrab untuk siapa saja yang mempunyai tujuan apiknya.
Jaelani datang duluan, 10 menit kemudian Julaeha datang di tempat yang telah dijanjikan yakni bukit Tidaran. Masih malu-malu, grogi dan tidak percaya diri ini mirip film Bolywood yang berjudul “Yeh Jawaani Hai Deewani”. Akhirnya sapa-sapaan pun kaku mirip seorang yang bertemu dengan pohon atau patung, karena untaian kalbu berucap mutiara hilang seketika ketika berjumpa. Akhirnya Jaelani dan Julaeha saling bertanya dan terjadilah komunikasi terpaksa tapi terpana karena ada misi tentang rasa.
Jaelani: "Leha", ehmmm .... ucapan lirih begetar
Julaeha: "Iya Lani.... Ada apaan sih?" ... gumamnya
Jaelani: "Begini Leha, kita kan sudah" .....
Julaeha: "Sudah apa?".... sambil bengong.
Jaelani: "???".... hanya diam seribu bahasa bak ketemu seekor Singa yang sedang kelaparan.