Mohon tunggu...
Sukron Mazid
Sukron Mazid Mohon Tunggu... Penulis - (Moy) Mutiara Kyai Mojo

Berkelana sebagai sufistik kajian peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Sisi Lain Geblek dan Sukun

25 Desember 2020   12:55 Diperbarui: 25 Desember 2020   13:12 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Udara dingin sepoy-sepoy menyelimuti jiwa raga ini, diikuti suara “jangkrik bos” berkicau di redupnya awan yang akan beralih ke mega mendung menuju kegelapan. Suara denyut kalbu bertanya, dengan celetukan; enake ngopo karo opo iki lek? hihi..kepiluan akhir tahun ini terasa bertambah hampa ketika status rumit, tiada teman yang diajak duet “maido” bersama.

Kenelangsaan sumilir angin ndalu terus membabi buta; wush...wush, ditambah kehampaan yang semakin sengsara akibat isi hatinya hanya harapan semu... Ini hanya angan dan lamunan belaka tatkla otak dan hati terasa “pokoke mbuhhh”. Bisa juga akibat alay berlebihan. Lemah, letih, lesu, lemas, lapar dan ngantuk menghinggapi tubuh ini.

Bergegaslah menuju emperan gubug depan sambil mencari pelampiasan untuk berkeluh kesah dihinggapi rasa was-was.hihihi... Sabar tidak sabar uneg-uneg harus disampaikan layaknya curhat penuh dengan khidmat. Si geblek betul kepayahan mengatur siayasat bagaimana curhatan ini bisa terlampiaskan. 

Eh, tatkala ketika duduk sepi munculah teman yang tanpa sengaja menghadapnya yakni si Sukun. Maka diiringi alunan sumilir pedesaan nan asri dan sedikit remang-remang menjelang gelap. Pasangan “maido” inilah bertemu dan saling “maido”, antara geblek dan sukun;

Geblek; Kun, duduk sini, saya mau tanya sesuatu kepadamu? Begini, kamu itu sepakat tidak kalau kita menjadi makanan favorit warga Desa? Dengan mimic serius...

Sukun; Kalu saya tidak setuju karena biar adil dan merata tidak hanya Pedesaan donk, jawabnya...

Geblek; Lo ... emangnya kita makanan yang menjadi idola warga Desa to? Penasarannya...hehe

Sukun: Tidak Juga ... kalee, warga Kota yo pingin dan mau paling! huhuh

Geblek: Kamu kok tidak percaya, buktinya kita di Kota tidak ada, bahkan kalau ada jarangkan terus mau disajikan bagaimana? Wong kita saja tidak dikenal. Ungkapnya dengan sedikit meyakinkan....

Sukun: Terkenal lah..kan geblek juga terkenal, seperti sukun pun terkenal. Intonasinya...

Geblek: Kamu kok gak percaya si? Kita itu hanya dikenal di Desa kawasan dingin saja. Sering kita disajikan sebagai penghangat obrolan dan itu cocok bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun