Dengan tampilan barunya, Kompasiana agak atraktif. Fasilitas Social Evangelization juga, sedikit berubah wajahnya daripada tampilan sebelumnya. Tetapi, fitur Social Evangelization Kompasiana, tidak menyertakan social media lainnya, seperti Linkedin, Koprol, Friendster, Buzz, Yahoobuzz, Gmail, dan platform lainnya yang bisa dijadikan media berbagi artikel. Padahal, kompasianer tidak hanya terpaku pada Facebook dan Twitter.
Di bawah kolom artikel, hanya terdapat dua tombol (Twitter dan Facebook) yang dapat dibagikan ke netizen di luar Kompasiana. Fasilitas tombol Like facebook dan Tweet lebih maju dibandingkan dengan tampilan lama. Pada fasilitas ini, dapat dilihat jumlah pembaca yang membagikan artikel yang dibaca via situs jejaring sosial. Sehingga dengan demikian penyebaran artikel akan lebih meningkatkan traffik situs Kompasiana. Secara konseptual, fasilitas tombol berbagi ini disebut dengan istilah "Social Evangelization", yang dicetuskan beberapa praktisi new media untuk menamai kegiatan berbagi dari satu situs ke situs lain.
Sayangnya, Kompasiana hanya menyertakan dua tombol situs jejaring sosial terkenal saja, yakni Facebook dan Twitter. Sedangkan, fasilitas sharing menggunakan plugin social network ke Linkedin, Buzz, Koprol, Plurk, digg, Gmail, Yahoobuzz, dan fasilitas kirim artikel melalui email tidak disertakan. Padahal, kita sudah mafhum, bahwa kecenderungan pengguna internet sangat banyak memiliki akun di situs jejaring sosial selain Facebook dan Twitter. Ke depan, kegiatan share artikel, photo, atau video di kompasiana harus menambah fitur berbagi konten situs yang dapat di share ke You Tube atau MySpace.
Sebab, citizen journalism, kini tak hanya merambah profesi kewartawanan di media cetak saja. Kini sudah merambah ke dunia televisi dan bahkan radio. Dengan melihat perkembangan zaman hingga sepuluh tahun ke depan, Kompasiana, tidak usah mengubah tampilan dan fitur kompasiana, secara besar-besaran. Saya memprediksi 3-5 tahun ke depan, kompasiana mesti menyediakan warga yang senang mengupload video tentang suatu kejadian di daerah yang tak terjangkau media. Seperti kasus, rekaman bencana yang dishooting secara langsung dari tempat kejadian perkara. Kalau Kompasiana pusing dengan bandwith hosting yang diperlukan, tak usah pusing, sebab di era konvergensi ini, dapat menggunakan fasilitas social evangelization, yang telah disediakan designer, programer, dan webmaster, dengan berbagai plugin (untuk wordpress) yang lebih atraktif.
Dengan hanya menyertakan dua tombol berbagi ke situs lain, yakni Facebook dan Twitter, fitur berbagi konten Kompasiana serasa kurang promotif. Entah kenapa, dengan tampilan baru ini, mata saya jadi agak lelah. Karena harus menggeser mouse ke bawah lebih dalam lagi. Coba kalau tampilan ke depan kompasiana, mengkloning dengan sedikit kolaborasi ide, dengan Twitter, yang sangat simple dan sederhana. Dengan tulisan random ke bawah selama semenit sekali, yang diambil dari postingan terbaru, kompasiana akan terlihat lebih hidup. Fitur Headline, kalau masih perlu dapat tetap diadakan. Hanya saja, saya berpikir, Kompasiana adalah blog social network, yang berada dalam naungan Kompas.com. Jadi, secara fungsional, banyak fitur-fitur di Kompas yang digunakan dalam merancang tampilan kompasiana.
Kendati fasilitas "Social Evangelization"-nya masih agak kurang promotif, saya sangat nikmat sekali berkompasiana. Apalagi tampilan barunya, yang terasa fress. Dikarenakan subjektif dalam menilai sebuah kreasi di dunia mayantara, Kompasiana sudah tegas mempertahankan situs ini sebagai blog social network. Bukan news microblogger. hehehe terima kasih Kompasiana, sudah bekerja keras memberikan lapak kepada blogger di dunia maya. KOMPASIANA MEMANG BLOG SOCIAL NETWORK PALING HEBAT SEDUNIA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H