Andai sang wali itu menjadi model iklan kesucian.Â
Hanya kupandangi tanpa rasa kagum;
Hanya kupelototi tanpa ingin mencerminkannya.
Dan, tak kubolak-balik meskipun Engkau menyuruh meneladaninya.Â
Tidak senasib figura yang memampang gambar wanita seksi di dalam kamar.Â
Kemolekan tubuhnya. Kecantikan rupanya. Dan, Kegairahan lekuknya.
Menyihirku dalam pandangan hedonistik.Â
Histeria pertemuan fisik adalah soal biasa.
Tapi engkau, ya, Maha suci, kala lukisan-Mu dijual ribuan uang duniawi.Â
Kala itu pula bentuk kesucianmu menjadi tak berarti.Â
Tak disentuh.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!