Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

amrih mulya dalem gusti

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bersahabat dengan Air

1 Februari 2014   10:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1391225741248757012

[caption id="attachment_319580" align="aligncenter" width="300" caption="rahasiaair.blogspot.com"][/caption]

Melihat peristiwa banjir di Jakarta dan beberapa daerah di Indonesia, sungguh menyedihkan dan memprihatinkan. Saya juga pernah mengalami peristiwa banjir dan tidak ingin mengalaminya lagi karena sungguh menyisakan trauma berkepanjangan. Mestinya kita belajar dari setiap peristiwa yang kita alami agar banjir itu tidak berulang.

Hidup di negara yang berada di daerah tropis para pengelola negara dan para warga negara Indonesia ini pastilah sejak lahir sadar bahwa kita setiap tahun mengalamai saat-saat dimana kita mengalami curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan yang tinggi inilah yang menjadi berkah bagi kesuburan negara kita tercinta ini dan kita semestinya bersahabat dengan air. Tapi kenyataannya kita, terutama yang tinggal di kota dan merasa sudah menjadi masyarakat yang modern, sering memperlakukan air dengan semena-mena. Sementara para petani di desa yang yang biasanya selalu bersahabat dengan air, karena membutuhkannya untuk pertanian, yang mestinya kita lindungi malahan mendapat perlakuan yang semena-mena juga.

Semena-mena terhadap Air

Pengelolaan kota di Indonesia yang padat penduduk sering kurang memperhatikan tataruang dan bahkan cenderung melanggar Master Plan yang pada ujungnyakurang memperhatikan penataan aliran dan fungsi air.Hal itu bisa terlihat dari hal-hal berikut ini:

  • Tata guna ruang yang setiap ganti pengelola kota kebijakan penggunaannya berubah-ubah. Suatu wilayah yang semula untuk taman kota dan sekaligus daerah resapan air diubah menjadikomplek perumahan atau bisnis. Daerah pinggiran kota yang semula hanya dijikinkan untuk daerah pertanian dan sekaligus resapan air selanjutnya diijinkan untuk kompleks perumahan atau bahkan kota mandiri.
  • Bertempat tinggal di tanggul-tanggulsungai yang berarti mengganggu kelancaran aliran air.
  • Membuang sampah dan limbah di sungai.
  • Tidak membuat saluran air yang cukup besar.
  • Lebih mementingkan kepentingan pribadi dengan menutupi setiap jengkal tanah dengan semen atau aspal dengan dalih keindahan dan kebersihan.
  • Sungai, Situ maupun Waduk tidak dikeruk secara teratur manakala endapan lumpur sudah menimbulkan pendangkalan.
  • Pintu-pintu air tidak dirawat dengan baik sebagaimana mestinya.

Memberi Ruang bagi Air

Para pengelola kota, wilayah dan bahkan negara Indonesia ini semestinya membuat aturan yang tegasagar memberi ruang yang cukup untuk aliran dan penampungan air sehingga ketika musim hujan pada saat curah hujan yang tinggi kita tidak mengalami banjir dan pada saat kemarau kita tidak mengalami kesulitan air. Kita harus bersahabat dengan air karena kita membutuhkannya dan kita bisa melakukan hal-hal penting berikut ini:

  • Pembuatan Master Plan tata ruang yang berorientasi ke depan jangka panjangyang berpihak pada keseimbangan lingkungan hidup.
  • Pengelolaan kota maupun wilayah dengan menaati peraturan tata guna ruang secara konsistendan bukan hanya memikirkan kepentingan kelompok tertentu dan sesaat.
  • Memperlakukan sungai sebagai yang di depan, yang indah yang kita nikmati bukan sebagai yang di belakang untuk pembuangan sampah maupun limbah yang lain.
  • Daerah pertanian dan lumbung pangan biarlah tetap sebagaimana mestinya agar sekaligus merupakan tempat penerima curah hujan. Pengelola wilayah harus tegas membuat aturan yang melarang perubahan peruntukan wilayah pertanian untuk perumahan maupun industri dan bahkan untukwilayah wisata sekali pun.
  • Peraturan yang jelas dan penerapan sangsi yang tegas terhadap pelanggaran kebersihan yang bisa berdampak pada kerusakan air dan banjir.
  • Setiap rumah diwajibkan membuat sumur resapan.
  • Pembuatan saluran air seharusnya memberi kemungkinan air bisa meresap dan bisa dibersihkan setiap saat. Jangan semuanya ditutup.
  • Sungai, waduk, situ, kanalmaupun parit senantiasa dikeruk secararutin manakala sudah terjadi pendangkalan akibat endapan lumpur.
  • Memelihara dam dan pintu air sebagaimana mestinya agar setiap saat bisa berfungsi dengan baik.
  • Setiap rumah yang berhalaman diwajibkan untuk memberi ruang bagi tanaman dan resapan air dengan membuat biopori.
  • Menjadikan sungai, taman kota , wilayah pertanian maupun wilayah resapan sebagai wilayah yang wajib kita pelihara dan kita sayangi untuk kepentingan air sahabat kita.

Fakta sudah menunjukkan bahwa apabila kita berlaku semena-mena terhadap air, kita pasti bermasalah dengannya, sebaliknya kalau kita memperlakukannya sebagai sahabat yang kita sayangi, kita pasti memperoleh manfaatnya. Demikianlah sekedar pendapat saya tentang bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap air dalam kehidupan kita sehari-hari di bumi tercinta ini. Semoga menjadi bahan refleksi kita bersama sehingga kita bisa hidup bersama dengan nyaman.

Salam hijau penuh cinta.

***

Solo, Sabtu, 1 Februari 2014

Suko Waspodo

www.sukowaspodo.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun