Menyimak kehadiran Partai Solidaritas Indonesia (PSI), pikiran jadi menerawang kembali pada Partai Rakyat Demokratik (PRD). Dua partai ini sama-sama dibentuk oleh kaum muda. Sama-sama penuh idealisme orang muda terdidik.
Perbedaan yang menonjol tentu saja cara terbentuk serta era pemerintahan masing-masing. PRD terbentuk oleh situasi politik sebelum tahun 1998 yang terkungkung di negeri ini, terlebih pemikiran politik kaum muda dan mahasiswa. Pemikiran kritis terhadap penguasa waktu itu (Orde Baru) hanya bisa tersalur lewat gerakan bawah tanah. Selebaran-selebaran gelap tentang kebusukan penguasa waktu itu mewarnai hari-hari diskusi mahasiswa mengarah pada gerakan penggulingan presiden Soeharto. Partai Rakyat Demokratik terbentuk, awalnya secara ilegal, sebagai sarana mewadahi pemikiran kritis kaum muda.
Di lain pihak saat ini, Partai Solidaritas Indonesia lahir oleh situasi politik Indonesia yang terbuka, siapa saja bebas mengemukakan pendapat, mengkritik pemerintah dan bahkan memfitnah baik secara langsung maupun tidak langsung di media apa pun. Diskusi politik dan pemikiran kritis tidak perlu dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Tidak ada suasana memusuhi pemerintahan saat ini tetapi lebih melakukan perlawanan terhadap tindakan politik busuk  dan korupsi. Solidaritas kepada keberagaman menjadi platform utama partai ini. Penegakan keberagaman umat manusia pada umumnya dan rakyat Indonesia pada khususnya menjadi perjuangannya.
Pergerakan PRD awalnya sangat keras penuh dengan pengorbanan keringat dan bahkan darah. Para aktifisnya sangat terbiasa dengan tindakan militer negeri ini yang sangat represif waktu itu. Penjara bukanlah hal yang menakutkan bagi para aktifisnya. Keberpihakan kepada rakyat kecil senantiasa dianggap gerakan kiri dan sangat berisiko besar berhadapan dengan penguasa waktu itu. Tetapi kegigihan mereka berujung pada gerakan reformasi yang berhasil menggerakkan mahasiswa untuk menggulingkan Soeharto pada Mei 1998. Jadi perlu dicatat bahwa tokoh reformasi itu "bukan Amin Rais" tetapi para mahasiswa yang ditangkap, dihajar dan dipenjarakan oleh penguasa waktu itu. Namun sayang, meskipun berhasil menjadi partai resmi di Pemilu 1999 tetapi perolehan suaranya tidak cukup besar untuk terus bertahan hidup sebagai partai resmi.
PSI mencoba memberi wadah bagi generasi muda untuk berkiprah secara nyata. Keprihatinan terhadap dominasi politisi tua yang sangat akut terkontaminasi kepentingan pribadi dengan politik busuknya; partai ini memberi kemungkinan bagi generasi muda untuk tampil mendewasakan diri khususnya dalam politik praktis yang benar. Meski lahir bukan dalam era pemerintahan yang busuk bukan berarti partai ini tidak kritis. Paling tidak apabila kita cermati lewat visi-misinya yang bisa kita buka di website mereka.
PRD lahir di tengah gerakan politik bawah tanah yang kemudian berlanjut dengan parlemen jalanan yang berhasil menggulingkan rezim Soeharto. PSI lahir dan hidup pada situasi politik busuk penuh perpecahan yang senantiasa diwarnai perilaku nyinyir politisi biadab pemfitnah pemerintah yang sah dan benar. Keberpihakan pada pemerintah yang bersih mendukung keberagaman senantiasa menjadi gerak nyata Partai Solidaritas Indonesia saat ini.
Salut untuk Partai Rakyat Demokratik yang pernah memelopori multi partai dan jadi penggerak reformasi negeri ini dan kini salut pula sepenuh hati terhadap Partai Solidaritas Indonesia untuk perjuangan demi  menegakkan keberagaman. PSI yang eksis di era kebebasan berpolitik bukan berarti kurang kritis dibanding PRD di era keterkungkungan. PSI yang terkesan dipenuhi dengan kaum muda necis dan wangi bukan berarti kurang progresif dibanding PRD yang terkesan lusuh di jalanan. Masing-masing partai kaum muda ini memiliki idealisme yang hebat pada jamannya. Sejarah membuktikan bahwa kaum muda senantiasa menjadi ujung tombak perubahan.
Terima kasih PRD atas perjuangan anda dalam gerakan reformasi, sejarah mencatat peran anda. Selamat datang PSI dalam kancah perpolitikan Indonesia, terus pelihara semangat memperjuangkan tegaknya keberagaman di negeri ini. Merdeka!!!
Salam damai penuh cinta.
***
Solo, Sabtu, 17 Maret 2018