Pelaksanaan Pilkada dan Pilpres negeri ini semakin dekat. Semakin seru pula persaingan untuk memperebutkan posisi kepala daerah dan bahkan presiden. Wajah-wajah baru di panggung politik dan wajah-wajah lama saling berebut. Baliho, spanduk dan berbagai jenis atribut kampanye semakin masif ditebar untuk satu tujuan, kekuasaan.
Kekuasaan memang bisa dimaknai sebagai sarana untuk mewujudkan idealisme demi kesejahteraan seluruh rakyat tetapi bisa juga dimaknai untuk sarana memperkaya diri pribadi. Meskipun yang kedua ini tentu saja tidak diungkapkan dan bahkan ditutupi dengan idealisme indah demi kepentingan seluruh rakyat.
Bagi pendatang baru dalam kancah persaingan di pemilihan ini memang sangat berat. Butuh biaya moral yang tidak sederhana dan material yang tidak sedikit. Apabila pertempuran terjadi antara sama-sama calon kepala daerah baru mungkin tidak terlampau berat, biasanya lalu saling beradu janji manis pada saat kampanye. Â Namun lain persoalannya kalau pendatang baru melawan petahana, pasti sangat berat, kecuali petahananya sangat buruk dalam kepemimpinan masa lalunya.
Bagi petahana kunci kemenangannya ada pada rekam jejak kepemimpinannya. Apabila selama menjadi kepala daerah atau bahkan presiden senantiasa memimpin rakyat dengan benar, menjalankan amanat rakyat, memenuhi kebutuhan rakyat, memajukan rakyat dan tentu saja tidak korupsi, pasti lebih mudah bagi yang bersangkutan untuk dipilih kembali.
Mengacu pada pengalaman pilkada dan pilpres sebelumnya terbukti bahwa hampir semua petahana memenangkan pilkada atau pilpres untuk jabatan periode ke duanya. Perkecualian tentu yang terjerat kasus korupsi, buruk kepemimpinannya atau menjadi korban kelicikan politik lawan pada saat pemilihan periode ke duanya.
Keberpihakan kepada rakyat banyak yang telah dilakukan oleh petahana saat memimpin tetap menjadi kunci utama kemenangan. Suara-suara nyinyir di media sosial dan hoax hanyalah sedikit gangguan karena pada dasarnya sebagian besar masyarakat tidak menggunakan pemberitaan media sebagai pedoman memilih tetapi lebih pada kenyataan perbaikan taraf hidup serta kemajuan yang mereka alami dan rasakan secara nyata.
Kita ambil sedikit contoh, kemenangan yang dialami oleh Joko Widodo dan F.X. Hadi Rudyatmo, masing-masing pernah memenangkan pilkada sebagai Walikota Solo saat periode ke dua, pada pilkada yang lalu, membuktikan bahwa sebagai petahana mereka nyaris tanpa cela rekam jejaknya sehingga warga masyarakat Solo tidak ragu-ragu untuk mempercayakan kepemimpinan kota Solo kepada mereka lagi. Ini terjadi saat mereka berpasangan atau pun saat Rudy berpasangan dengan Achmad Purnomo. Â SBY saat memenangkan sebagai Presiden RI di periode ke dua juga dilandasi bahwa kepemimpinannya di periode pertama berkenan bagi sebagian besar rakyat Indonesia waktu itu. Meskipun di periode ke duanya SBY memang tidak meninggalkan sejarah yang manis bagi negeri ini.
Untuk pilkada yang akan datang ini bisa dipastikan masih akan dimenangkan oleh para petahana. Di sisi lain para pemimpin yang naik jenjang dari Bupati atau Walikota dan mencalonkan diri sebagai Gubernur juga mempunyai kans yang besar untuk menang apabila mereka punya rekam jejak yang baik dimata rakyat.
Ganjar Pranowo, sebagai satu contoh, Â tampaknya tidak akan banyak kesulitan untuk kembali memimpin Jawa Tengah karena dia cukup berhasil memenuhi keinginan rakyat, khususnya dalam hal pelayanan masyarakat yang semakin baik. Sementara itu Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil akan bersaing cukup ketat untuk memperebutkan kursi Gubernur Jawa Barat karena keduanya mempunya rekam jejak yang sama-sama baik di jabatan mereka sebelumnya, sebagai Walikota Bandung dan Bupati Purwakarta.
Sebagai petahana, Presiden Jokowi juga sudah membuktikan mumpuni memimpin negeri ini. Sebagian besar rakyat negeri ini yang sudah terbukti mengalami perbaikan taraf hidup dan menikmati kemajuan di daerahnya pasti tidak akan merelakan Jokowi hanya menjadi Presiden satu periode saja. Rakyat negeri ini menginginkan Jokowi terus melanjutkan program perbaikan negeri ini dengan pola kepemimpinannya dan tak kalah pentingnya juga menyiapkan karpet merah untuk Presiden berikutnya, setelah 2024. Tentu saja dengan harapan kepemimpinan yang semakin lebih baik. Fakta memang menunjukkan bahwa Jokowi memang sudah membuat pondasi bagi kepemimpinan yang lebih baik dan semakin baik di masa yang akan datang.
Seperti dinyatakan di atas memang banyak yang terus nyinyir dan mencoba menjegal para petahana yang sudah terbukti baik kepemimpinannya, tetapi yakinlah bahwa rakyat semakin cerdas  dan tidak ingin negeri ini mengalamai kemunduran. Biarlah para politisi busuk menggonggong tetapi para pemimpin negarawan terus bergerak berpihak pada kesejahteraan rakyat. Merdeka !!!