Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

amrih mulya dalem gusti

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Membeli Kucing dalam Karung

17 Januari 2014   17:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hati-hati dalam menentukan pilihan caleg di Pemilu 2014 nanti. Itulah yang senantiasa harus diperhatikan oleh rakyat dalam menggunakan hak pilihnya. Banyak caleg yang hanya bermotivasi uang dalam sepakterjangnya.

Seperti kita ketahui bersama bahwa untuk menjadi caleg lewat partai apa pun harus mendaftar dengan biaya puluhan juta, maka sangat mustahil untuk kita bisa ketemu caleg yang benar-benar murni nyaleg demi kepentingan rakyat. Saat ini yang terjadi adalah caleg untuk kepentingan materi pribadi. Caleg untuk memperoleh gaji, tunjangan serta pensiun dan syukur-syukur bisa korupsi tanpa ketahuan.

Dengan situasi itulah kualitas caleg yang kita temui di setiap Pemilu negeri ini, tak terkecuali Pemilu 2014 ini. Para caleg sebagian besar bukanlah orang yang memahami rakyat melainkan para gambler yang mempertaruhkan uang mereka di pencalegan, kemudian memasang iklan besar-besar dan massive di berbagai media.

Para pemilih, terlebih pemilih pemula harus cermat dalam menggunakan hak pilihnya. Jangan sampai seperti orang membeli kucing dalam karung. Caleg artis yang terkenal bukanlah jaminan kualitas. Bukti terbaru untuk hal ini adalah caleg Angel Lelga dari PPP yang gelagapan saat diwawancari di acara Mata Najwa di Metro TV baru-baru ini. Mau menjadi wakil rakyat tapi tidak memahami politik.

Caleg dari orang-orang kaya juga bukanlah jaminan bahwa mereka tidak akan korupsi. Contohnya adalah keluarga besar Ratu Atut dari Banten. Meski kaya ternyata mereka tetap serakah juga dan terlibat dalam korupsi yang menggurita. Jabatan mereka di masyarakat hanya digunakan untuk semakin memperkaya diri.

Politisi yang sudah terkenal dan bahkan mantan aktifis reformasi pun juga bukan jaminan akan menjadi wakil rakyat yang baik. Contoh untuk ini sangat banyak. Kasus keterlibatan korupsi yang dahsyat para petinggi PKS dan Partai Demokrat adalah contoh paling aktual. Dalam kampanye berjanji bahwa akan memperjuangkan kepentingan rakyat tetapi ternyata hanya untuk memperjuangkan kepentingan partai dan nafsu pribadi.

Selain kehati-hatian dalam memilih caleg nanti, sebaiknya untuk saat ini rakyat juga menjadi fungsi pengawas untuk para caleg. Artinya silahkan mencermati rekam jejak para caleg. Apabila kita ketahui ada caleg yang ‘hitam’, mempunyai rekam jejak pernah kriminal, amoral atau korupsi di masa lalu, seharusnya kita laporkan ke KPU atau paling tidak kita sebarluaskan ‘file’ buruk mereka agar rakyat tidak tertipu memilih mereka.

Mengenai sering terjadinya money politic, baik juga untuk melaporkannya. Kalau politik uang itu tetap juga dilakukan dengan bagi-bagi uang kepada masyarakat maupun bagi-bagi hadiah, tidak salah juga tetap menerima hadiah itu. Menerima uang maupun hadiah janganlah menggiring kita untuk memilih orang yang memberi hadiah atau uang itu.

Gunakanlah hak kita untuk memilih sebijak dan seefektif mungkin demi kepentingan rakyat. Pemilu yang berlangsung lima tahun sekali ini sangat menentukan arah kehidupan berbangsa dan bernegara kita maka jangan sembarangan dalam memilih. Pilihlah caleg yang benar-benar kita kenal rekam jejaknya. Jangan sampai kita seperti membeli kucing dalam karung.

Selamat menyambut pesta demokrasi dan jadilah pemilih yang cerdas. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

***

Solo, Jumat, 17 Januari 2014

Suko Waspodo

www.sukowaspodo.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun