Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

amrih mulya dalem gusti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paus Fransiskus Sang Gembala Baik

12 Januari 2014   00:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1389460362321956417

Paus Fransiskus, Paus yang penuh dengan kesederhanaan ini kembali menimbulkan simpati umatnya. Paus pasrah danbahkan tertawa tatkala di pundaknya diletakkan seekor anak domba saat dia mengunjungi sebuah kandang Natal, Senin, 6 Januari 2014, pada Hari Raya Epifani.

Adegan yang menarik itu dilakukan di Gereja Paroki St. Alfonso Maria de Liguori di pinggiran Kota Roma. Selain menjadi salah satu gambar yang paling menarik yang pernah diambil dari Paus tersebut, anak domba adalah simbol Kristen yang kuat yang memiliki makna sangat khusus untuk kepausannya.

Paus Fransiskus telah menekankan pentingnya pendekatan pastoral dalam pelayanan, selain itu dia juga pernah mengatakan bahwa para imam harus tetap dekat dengan orang yang rentan dan menjadi “gembala dengan hidup di tengah bau domba.”

Dalam tradisi kristiani anak domba kadang-kadang dilihat sebagai metafora untuk Yesus, yang dikenal sebagai “Anak Domba Allah. “Kata-kata ini berasal dari Yohanes 1:29, di mana Yohanes Pembaptis melihat Yesus datang kepadanya dan berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia.”

Referensi tentang domba juga terdapat dalam Kitab lain, termasuk dalam Yesaya 11:6 yang memprediksikan suatu saat, “Serigala akan tinggal bersama domba… ” selanjutnya ayat tersebut berbunyi … “macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama.”

Bagi umat Katolik apa yang dilakukan oleh Paus ini merupakan teladan nyata keberpihakan seorang pemimpin kepada masyarakat kecil dan sederhana. Perilakunya yang tanpa mengambil jarak dengan umatnya merupakan ujud nyata cinta kasih sejati dalam kesederhanaan. Keberpihakan yang menumbuhkankan perdamaian sejati.

Salam damai penuh cinta.

Sumber Berita dan Foto: ucanews.com

***

Solo, Minggu, 12 Januari 2014

Suko Waspodo

www.sukowaspodo.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun