Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

amrih mulya dalem gusti

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akademisi Australia Lebih Memilih Jokowi daripada Gita sebagai Presiden

6 Februari 2014   17:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1391683705128260313

Beberapa akademisi di Australia mengomentari rencana Gita Wirjawan maju sebagai bakal calon presiden (capres) dari Partai Demokrat (PD) dan membandingkannya dengan peluang Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, juga sebagai bakal capres.Salah satunya adalah Indonesianis di Australian National University, Greg Fealy, yang mengatakan bahwa Gita kurang populer dan akan kesulitan untuk memenangkan pilpres 2014. Bagi Fealy, apabila Gita tidak terpilih, itu baik buat sektor perdagangan Australia. Seperti dikutip dari ABC Australia, apabila Gita terpilih jadi presiden RI, maka akan berimbas negatif buat negeri kangguru itu.

Masalahnya, ada beberapa kebijakan Gita yang dianggapnya tidak sesuai dengan kepentingan Australia, misalnya penghentian kebijakan impor sapi Australia pada tahun lalu. Sementara Jokowi, menurut Fealy, justru lebih baik bagi Australia, karena belum punya alasan untuk bertentangan dengan negeri itu dalam sektor perdagangan.

"Dia (Jokowi) seorang pebisnis. Dia bisa menghargai manfaat dari perusahaan bagi negara. Dia juga seorang yang pragmatis. Tapi juga seorang nasionalis dan tampaknya akan dinominasikan oleh parpol nasionalis," kata Fealy seperti disampaikannya kepada ABC Australia.

Selanjutnya dia menilai Jokowi tidak akan menjadi sosok "bermasalah" dibanding Gita Wirjawan. Sebab Gita sering dilihat sebagai figur yang terlalu "vokal" apabila menyangkut isu Australia dan Amerika Serikat.

Pakar lain dari Monash University yang ikut mencermati isu di Indonesia, Professor Greg Barton, juga sependapat bahwa Jokowi lebih cenderung dijagokan menjadi presiden Indonesia di periode berikutnya.

Greg berpendapat, sejumlah nama yang muncul sebagai bakal capres di Indonesia hanya akan berujung pada situasi di mana praktik perdagangan internasional akan tidak sehat karena dipicu kepentingan politik domestik yang mendorong proteksionisme. Tetapi Greg meyakini Jokowi tak dibatasi oleh isu-isu nasionalisme.

"Dia seorang yang kompeten dan secara diam-diam menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang menginspirasi (sebagai gubernur DKI Jakarta). Dan jika dia dapat restu dari Megawati Soekarnoputri, dia pasti menang di Pilpres," tutur Greg.

Tanggapan Gita Wiryawan

Gita Wirjawan merasa tak perlu menanggapi terlalu jauh soal pendapat para akademisi Australia yang menilai Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berpeluang lebih besar menang ketimbang dirinya dalam bursa pemilihan presiden mendatang. "Kita harus jelas dengan nasionalisme kita ke depan. Yang pasti, kerjasama dengan negara manapun harus adil dan meningkatkan martabat, kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat Indonesia," kata Gita dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, 6 Februari 2014.

Gita menilai pandangan Indonesianis asal Australia tersebut tidak memahami prinsip pentingnya kerjasama ekonomi secara bilateral yang saling menguntungkan tanpa mengabaikan kepentingan nasional masing-masing negara.

Secara terpisah, Fajar Riza Ul Haq, Sekjen DPP Barindo, ormas yang diketuai Gita, menilai pandangan pakar dari Australia terhadap sosok Gita sebagai cerminan kekhawatiran pihak asing terhadap sikap politik-ekonomi Gita.Padahal, di tingkat lokal, selama ini justru Gita yang dianggap berpotensi mengganggu kepentingan negara-negara Barat. "Pandangan Fealy ini menarik jika melihat opini yang dikembangkan di media-media Indonesia yang justru menuduh Gita agen Neolib, tidak pro kepentingan bangsa," kata Fajar.

Menurut pihak Gita, pernyataan para akademisi Australia tersebut merupakan bukti keberpihakan asing terhadap figur Jokowi karena dinilai lebih "friendly"."Tapi ini tidak akan menggoyahkan komitmen merah-putih Pak Gita, utamanya menyangkut kepentingan ekonomi nasional," lebih lanjut menurut Fajar.

Semakin menarik saja penilaian para pakar dari negara lain mengenai figur Jokowi. Semoga ini semakin membuat PDI-P, khususnya Megawati, untuk tidak ragu-ragu lagi mencapreskan Jokowi pada pilpres 2014. Merdeka!

Salam damai penuh cinta.

Referensi Berita:

- Pakar Australia Pilih Jokowi Ketimbang Gita jadi Presiden

- Ini Dia Tanggapan Gita Atas Komentar Pakar Australia

***

Solo, Kamis, 6 Februari 2014

Suko Waspodo

www.sukowaspodo.blogspot.com

Sumber Gambar: www.tribunnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun