Hiruk-pikuk perpolitikan negeri ini kian seru saja. Namun keseruan itu bukan membuat permainan politik menjadi berkualitas makin baik tetapi justru semakin buruk dan kekanak-kanakan. Masing-masing partai melalui para petingginya saling menyindir dan bahkan saling mengejek dengan vulgarnya.
Segala aktivitas partai atau perilaku para petingginya disorot. Hanya masalahnya yang dijadikan sorotan bukan hal-hal yang substansial terkait peningkatan mutu manuver-manuver politik atau perilaku korup serta ketidakberpihakan pada rakyat tetapi justru hal-hal yang sepele. Akibatnya yang terjadi bukan sorotan kritik yang konstruktif melainkan justru perundungan.
Lakon yang terbaru adalah penggunaan contoh 'tukang bakso' dalam sambutan Megawati di Rakernas PDI-P serta aktivitas mengundang tukang bakso oleh Anies Baswedan ke acara di Balaikota DKI. Hal-hal sepele ini dijadikan bahan manuver politik dengan kualitas perundungan dan tampak sekali kekanak-kanakannya.
Sebelumnya ada juga perilaku Roy 'Panci' Suryo yang sengaja menyebar meme patung budha yang wajahnya diedit wajah Jokowi, ini juga contoh manuver politik yang norak dan tidak dewasa. Belum lagi segala aktivitas Anies Baswedan dan lebih parah segala keputusannya dalam mengatur pemerintahan DKI yang sangat tidak bermutu. Mulai dari janji kampanyenya yang nyaris tak dilunasi hingga masa jabatannya yang mendekati akhir ini hingga yang populer gobloknya pada pembuatan sumur resapan dan penggantian nama jalan. Semuanya adalah keputusan yang kekanak-kanakan hanya demi ambisi politiknya.
Contoh lain tentu saja adalah perilaku kekanak-kanakan mereka yang mengaku pengamat politik tetapi asal 'njeplak' setiap kali tampil di acara talk show politik di TV, menanggapi pertanyaan wartawan atau membuat pernyataan dan beropini lewat VLOG atau Podcast-nya. Silahkan saja perhatikan perilaku Rocky Gerung, Refly Harun, Novel Bamukmin, Amien Rais, Mardani Ali Sera, Rizal Ramli, Fadli Zon dan masih banyak lagi. Semuanya berlatar belakang pendidikan yang tidak sembarangan dan mengaku para pengamat politik yang hebat tetapi ucapan, pernyataan serta perilakunya sungguh sangat kekanak-kanakan kalau tidak mau dikatakan busuk.
Dengan  kebebasan berpendapat dalam demokrasi yang semakin maju ini serta dukungan media informasi yang semakin dahsyat seharusnya digunakan untuk berpolitik yang semakin dewasa dan berkualitas, bukan malah menjadi aktivitas politik yang memalukan dan sangat sering tanpa dukungan data dalam berpendapat. Kalau syahwat kekuasaan yang dimajukan dengan mengabaikan kepentingan rakyat, maka yang terjadi adalah menghalalkan segala cara dan tak malu berperilaku kekanak-kanakan.
Bagi siapa pun yang masih berpikir waras dan punya logika yang sehat, mari kita berpikir dan bertindak dewasa. Negeri yang semakin beranjak maju ini mesti kita dukung masa depannya, demi kepentingan rakyat. Merdeka !
***
Solo, Selasa, 28 Juni 2022. 6:55 pm
'salam kritis penuh cinta'
Suko Waspodo
suka idea
antologi puisi suko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H