Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buruh Pendidikan, Penikmat Seni dan Pengamat Kehidupan.\r\n"Rahasia hidup bukanlah melakukan apa yang kita sukai, tetapi menyukai apa yang harus kita lakukan"\r\n \r\nwww.sukowaspodo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lebih Pintar SBY daripada Jokowi

31 Maret 2013   09:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:57 1165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hiruk pikuk KLB Partai Demokrat sudah agak mereda karena SBY sudah terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum dan bahkan sudah menyampaikan pidato politiknya tentang langkah-langkah selanjutnya. Semua yang terjadi di Bali tersebut sudah bisa diduga oleh semua pengamat politik Kompasianer maupun non-Kompasianer. Lalu mengapa saya menulis artikel ini?

Banyak yang kebakaran jenggot dengan langkah yang diambil SBY karena dianggap telah mengabaikan urusan negara dan lebih mementingkan mengurus partainya. Tetapi bukankah ini langkah SBY yang pintar? Dia menggunakan referensi apa yang dikerjakan oleh pendahulunya di negeri ini.Soeharto sebagai Presiden merangkap sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar membesarkan Golkar menjadi penentu perjalanan negeri ini dan super korup demikian juga saat ini SBY dengan Partai Demokratnya. MSP saat menjadi presiden juga merangkap sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan. JK saat menjadi wakil presiden juga merangkap sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Undang-undang juga tidak melarang rangkap jabatan ini. Berarti SBY pintar kan? Nyaman juga. Buktinya badannya semakin gemuk.

Dilain pihak JOKOWI sebaliknya malah mengambil langkah kepemimpinan yang bodoh karena memilih yang tidak nyaman. Tidak mau mengikuti langkah Gubernur pendahulunya yang omong doang dan ongkang-ongkang tapi malahan blusukan. Langkah yang tidak populer, yang hanya dicintai oleh rakyat kecil tapi dicemooh oleh para pelaku politik praktis dan penguasa negeri ini. Memilih untuk tidak hanya pidato untuk mengeluh tetapi malahan mendengarkan keluhan rakyat kecil.Tidak nyaman. Badannya tambah kurus dan dahinyasemakin berkerut.

Ada ungkapan bahasa jawa yang cukup popular “jamane jaman edan, yen ora ngedan ora keduman” , jaman sudah gila kalau tidak gila-gilaan tidak akan dapat bagian. Dalam kaitan ungkapan ini pun SBY dan para pendahulunya sebagai Presiden lebih pintar, pilih ngedan ben keduman, memilih gila-gilaan yang penting dapat bagian penjarahan negeri ini.Dilain pihak saat memimpin sebagai Walikota Solo satu setengah periode dan saat ini sebagai Gubernur DKI, JOKOWIpilih ra ngedan lan ra keduman, memilih tidak gila-gilaan dan tidak mendapat bagian penjarahan negeri ini. Gajinya direlakan untuk menunjang program peningkatan pendidikan dan kesehatan rakyat kecil yang miskin dan tertindas.

Dari sedikit paparan di atas sudah menunjukkan siapa yang pintar serta yang ngedan diantara SBY dan JOKOWI.Pemilihan presiden negeri ini sudah semakin dekat maka sudah saatnya rakyat semakin kritis terhadap tuntutan haknya sebagai pemilik sah negeri ini. Menyiapkan calon presidennya yang ngedan atau yang waras. Rakyat seharusnya semakin sadar bahwa hak-haknya sudah habis-habisan dijarah oleh para penguasa yang ngedan.

Inilah sekedar ungkapan keprihatinan saya terhadap negeri saya tercinta ini.

Salam perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun