Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buruh Pendidikan, Penikmat Seni dan Pengamat Kehidupan.\r\n"Rahasia hidup bukanlah melakukan apa yang kita sukai, tetapi menyukai apa yang harus kita lakukan"\r\n \r\nwww.sukowaspodo.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pujian atau Sindiran?

13 April 2013   12:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:16 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13658297711596202806

[caption id="attachment_247727" align="aligncenter" width="300" caption="dokumentasi pribadi"][/caption]

KAMI SALUT & BANGGA PADA JIWA KSATRIA KOPASSUSKOPASSUS KSATRIA SEJATI, demikian kalimat tersebut tertera pada sebuah spanduk yang lumayan besar yang terpasang menggantung diantaradua pohon di tempat yang strategis dan mudah terbaca di dekat Stadion Manahan Solo.Spanduk tersebut tanpa identitas siapa pemasangnya. Tidak seperti biasanya tertera nama organisasi tertentu atau partai tertentu sebagai pemasangnya.

Kalimat di spanduk tersebut menggelitik saya untuk menyampaikan pendapat lewat artikel ini. Ini bermula dari kebingungan saya tentang makna kalimat tersebut terkait dengan situasi akhir-akhir ini yang berkembang di masyarakat pasca peristiwa Lapas Cebongan. Kalimat tersebut bermaksud memuji Kopassus atau menyindirnya? Kalau saya hanya melihat sepintas tanpa merenungkannya mungkin maknanya bisa pujian. Namun kalau sayamerenungkannya dengan mencermati peristiwa Cebongan serta dampaknya maka kalimat tersebut juga bisa bermakna sindiran.

Kalau TNI dan secara khusus Kopassus memaknainya sebagaipujian maka ini sungguh berbahaya, karena akan berdampak pada kesombongan korps dan menimbulkan suasana persaingan dan bahkan nuansa permusuhan dengan institusi penegak hukum, secara khusus kepolisian. Saya bukan pengamat militer dan tidak pernah belajar secara khusus tentang militer namun kalau pembantaian manusia, apalagi tidak bersenjata dan tidak dalam situasi perang, menurut saya tidak layak disebut sebagai jiwa ksatria.

Saya selalu ingat kalau membaca atau menonton film tentang cerita kepahlawanan baik ala komik dunia persilatan, cerita western cowboy maupun peperangan ala Rambo sekalipun selalu bahwa tokoh protagonisnya pasti berjiwa ksatria. Para pendekar sejati tidak pernah bertempur secara tidak seimbang, artinya kalau tangan kosongmaka masing-masing pihak harus bertangan kosong tetapi kalau bersenjata maka masing-masing pihak juga bersenjata. Dalam cerita western cowboy juga demikian; dalam adu kecepatan menembak pasti juga masing-masing menggunakan jenis pistol yang sama. Sedangkan dalamcerita semacam Rambo bahkan mungkin bahkan super ksatria karena dia sendirian melawan musuh dalam peperangan yang berjumlah sangat banyak, walau terkesan berlebihan. Hal ini berbeda dengan kasus di Lapas Cebongan dimana kesebelasan oknum Kopassus bersenjata melawan orang-orang yang tidak bersenjata. Layak kahKopassus merasaperistiwa itu sebagai ujud jiwa ksatria?

Saya sebagai orang yang awam dalam militer dan selama ini bangga dengan Kopassus sebagai pasukan elit negeri ini sungguh berharap bahwa kalimat di spanduk tersebut dimaknai sebagai sindiran, artinya tidak bangga dengan apa yang dilakukan oleh oknum Kopassus pembantai di Lapas Cebongan tersebut. Kopassus seharusnya menjaga kualitas korpnya dengan mendorong penyelesaian perilaku oknum Kopassuspembantai tersebut seadil-adilnya.Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan menghargai nyawa manusia sebagai hal yang paling penting untuk dilindungi. Jangan sampai teradu domba dengan kepolisian.

Kepolisian sebagai penegak hukum dan ketertiban masyarakat sudah seharusnya menjaga keamanan dan melindungi masyarakat dari kalangan maupun golongan manapun. Lindungi masyarakat dari penindasan para preman maupun tindakan premanisme. Masyarakat dan negeri ini membutuhkan TNI maupun Kepolisian yang benar.Rakyat tidak butuh pengelola negeri ini apalagi TNI dan Kepolisian yang menjalankan prinsip premanisme.

Artikel ini saya tulis bukan untuk memusuhi TNI maupun Kepolisian namun justru ungkapan kecintaan saya dan sekaligus kecemasan apa jadinya negara ini kalau kedua institusi ini teradu domba. Mari kita kembalikan fungsi masing-masing untuk mewujudkan NKRI yang semakin baik bagi semuanya. Kita membenci premanisme dan militerisme dalam segala bentuknya namun kita tetap mencintai dan bahkan butuh militer maupun polisi yang baik. Kita mencintai siapa pun yang menjunjung tinggi kemanusiaan.

Akhirnya saya berharap masyarakat tidak terpancing dengan adu domba dan main hakim sendiri. Secara khusus saya berharap pihak Kepolisian maupun Satpol PP serta masyarakat yang berwenang untuk bisa melepas spanduk yang hanya akan menimbulkan suasana panas dan perpecahan. Mari kita jaga keutuhan NKRI.

Salam perubahan.

Solo, 13 April 2013.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun