Pada intinya pembelajaran mindful learning dapat dilakukan melalui teknik meditasi singkat sebelum memulai pelajaran keagamaan, atau dengan mengajak siswa untuk merenung dan berbagi pengalaman mereka terkait dengan ajaran agama dan budi pekerti. Siswa dengan gaya belajar yang beragam bisa diakomodasi melalui mindful learning. Siswa dengan gaya belajar kinestetik dapat memulai pelajaran dengan berlatih menyadari setiap langkah kakinya baik kiri atau kanan dalam melangkah. Siswa yang auditori dapat mendengar rekaman atau petunjuk dari guru saat bermeditasi. Sedangkan siswa yang visual dapat menyadari napas melalui kembung kempisnya perut atau segitiga lubang hidung. Pada elemen ini guru akan memperhatikan keunikan para siswa, seperti potensi dan kebutuhan masing-masing siswa. Dampak dari latihan mindfulness secara kontinu dapat meningkatkan kesadaran siswa dalam segala aktivitas yang dilakukan, konsentrasi, suasana hati, dan kedamaian batin.
Meaningful Learning: Pembelajaran yang Memiliki Makna dalam Kehidupan Siswa
Meaningful learning berfokus pada pembelajaran yang relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata siswa. Dalam konteks pendidikan keagamaan dan budi pekerti, pembelajaran yang bermakna adalah ketika nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan dapat membantu siswa memahami dan mengatasi tantangan hidup mereka (Hasegawa & Yamamoto, 2022).
Pada pembelajaran di PAUD, nilai-nilai sederhana seperti berbagi dan menghormati teman dapat diajarkan melalui kegiatan kelompok. Pada pembelajaran di SD, siswa bisa belajar tentang bagaimana nilai-nilai agama memandu mereka dalam berinteraksi dengan teman-teman, seperti dalam hal toleransi antaragama. Sedangkan pada pembelajaran di SMP dan SMA/SMK, siswa dapat diajak untuk menerapkan prinsip-prinsip moral dalam kegiatan sehari-hari mereka, seperti bagaimana menjadi agen perubahan sosial yang positif dengan menghargai perbedaan dan melawan diskriminasi (Liu & Wang, 2024). Pada kegiatan ini siswa belajar secara kontekstual dan diajak memahami alasan di balik setiap materi pelajaran yang dipelajari dan pentingnya pelajaran tersebut bagi kehidupan di dunia nyata.Â
Joy Learning: Pembelajaran yang Menyenangkan dalam Pendidikan Keagamaan dan Budi Pekerti
Joy learning merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya elemen kebahagiaan dan kegembiraan dalam proses belajar. Dalam pendidikan keagamaan dan budi pekerti, pendekatan ini bertujuan untuk membuat siswa merasa senang dalam belajar tentang nilai-nilai agama dan moral, sehingga mereka lebih termotivasi untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan mereka (Aminuddin, 2023). Pendekatan ini juga bertujuan untuk mengurangi stres akademik dengan membuat proses belajar menjadi lebih menarik dan penuh rasa ingin tahu. Dalam joy learning, siswa diberikan kebebasan untuk terlibat aktif, berpikir kreatif, dan mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara yang menyenangkan. Pembelajaran ini tidak hanya berfokus pada pencapaian hasil, tetapi juga pada proses yang memotivasi siswa untuk terus belajar dengan rasa senang dan antusias.
Ciri-ciri utama joy learning meliputi pengalaman yang menyenangkan, kolaborasi antarsiswa, serta pemberdayaan siswa untuk memilih cara mereka belajar. Contoh implementasinya bisa dilihat pada proyek kolaboratif di mana siswa memilih topik yang mereka minati, seperti eksperimen sains atau penelitian lingkungan. Selain itu, penggunaan game edukatif dan pembelajaran berbasis seni, seperti menulis lagu atau drama, juga dapat membuat siswa lebih terlibat dan menikmati materi yang dipelajari. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga merasakan kegembiraan dalam setiap tahap pembelajaran, yang meningkatkan motivasi dan pemahaman mereka.
Pembelajaran yang menyenangkan di PAUD bisa dilakukan melalui permainan interaktif yang mengajarkan nilai-nilai agama dan moral. Pada pembelajaran di SD, siswa dapat diajak untuk membuat proyek kelompok yang menggambarkan konsep berbagi dan kerja sama. Sedangkan pada pembelajaran yang menyenangkan di SMP dan SMA/SMK, bisa melibatkan siswa pada kegiatan sosial seperti bakti sosial, yang tidak hanya mengajarkan nilai-nilai agama dan budi pekerti, tetapi juga memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang pentingnya memberi kepada orang lain. Joy learning mengutamakan pemikiran yang mendalam dari para siswa terhadap setiap materi pembelajaran yang diajarkan dan siswa dapat memproduksi suatu karya dari pengalaman belajar secara aktif.
Mengintegrasikan konsep-konsep Deep Learning berarti menerapkan Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joy Learning dalam pembelajaran keagamaan dan budi pekerti dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyeluruh. Dengan pendekatan ini, pendidikan keagamaan dan budi pekerti tidak hanya mengajarkan pengetahuan moral, tetapi juga membentuk karakter siswa yang lebih baik. Implementasi konsep-konsep tersebut di jenjang pendidikan PAUD hingga SMA/SMK dapat membantu menciptakan generasi yang lebih sadar, bijaksana, dan penuh kasih sayang.
ReferensiÂ
Aminuddin, R. (2023). Joy Learning in Islamic Religious Education: Enhancing Student Engagement through Interactive Methods. Indonesian Journal of Educational Research, 10(4), 178-191.