Mohon tunggu...
Sukodoyo Vijaya
Sukodoyo Vijaya Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar, peneliti, praktisi, dan pemerhati pendidikan.

Seseorang yang senantiasa berusaha belajar, berlatih, dan berbagi, serta hobi bertani buah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengintegrasikan Deep Learning, Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joy Learning dalam Pembelajaran

30 November 2024   06:08 Diperbarui: 30 November 2024   05:31 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan keagamaan dan budi pekerti memegang peran penting dalam membentuk karakter siswa dan memberikan landasan moral yang kokoh untuk kehidupan siswa. Namun, di tengah tantangan zaman yang terus berkembang, cara guru mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan budi pekerti juga perlu disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam dan bermakna. Konsep-konsep seperti Deep Learning, Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joy Learning menawarkan perspektif baru yang dapat diterapkan dalam pembelajaran keagamaan dan budi pekerti, serta memberikan dampak positif pada pembentukan karakter siswa di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, dan SMA/SMK.

Deep Learning: Pembelajaran yang Mendalam dalam Pendidikan Keagamaan dan Budi Pekerti

Deep learning mengacu pada pembelajaran yang melibatkan pemahaman yang mendalam, di mana siswa tidak hanya mengingat informasi, tetapi juga mampu mengaitkan, menganalisis, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang lebih luas (Nakamura & Tanaka, 2023). Dalam pembelajaran keagamaan dan budi pekerti, deep learning menuntut siswa untuk tidak hanya memahami teks-teks suci atau nilai-nilai moral secara kognitif, tetapi juga menginternalisasi maknanya dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh implementasi deep learning dalam pembelajaran di PAUD. Pembelajaran yang mendalam di PAUD dapat dimulai dengan mengenalkan nilai-nilai dasar agama dan budi pekerti melalui cerita, permainan, dan kegiatan kreatif yang memfasilitasi siswa untuk mengaplikasikan nilai tersebut dalam interaksi mereka sehari-hari. Misalnya, melalui cerita tentang kasih sayang, kerja sama, dan berbagi, anak-anak diajak untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai moral dalam konteks yang sederhana dan menyenangkan.

Pada jenjang SD, pembelajaran deep learning dapat diterapkan dengan mengajak siswa untuk menggali lebih dalam ajaran agama dan refleksi atas prinsip-prinsip budi pekerti, misalnya dengan berdiskusi tentang cara-cara konkret untuk menerapkan ajaran agama dalam kehidupan mereka. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, siswa dapat diajak untuk mendiskusikan bagaimana ajaran sabar dapat membantu mereka dalam menghadapi masalah sehari-hari.

Implementasi deep learning dalam pembelajaran di SMP dan SMA/SMK. Pada pembelajaran di SMP dan SMA/SMK, siswa dapat diberi tugas untuk memecahkan masalah moral yang lebih kompleks, seperti etika dalam teknologi atau isu-isu sosial yang berkaitan dengan agama dan budi pekerti. Diskusi kelompok yang melibatkan berbagai perspektif akan membantu mereka untuk lebih mendalam dalam memaknai ajaran agama dan nilai-nilai budi pekerti (Liu & Wang, 2024).

Mindful Learning: Pembelajaran dengan Kesadaran Penuh dalam Konteks Keagamaan

Mindful learning merupakan pendekatan yang menggabungkan kesadaran penuh (mindfulness) dalam proses belajar, di mana siswa diajak untuk hadir sepenuhnya dalam proses pembelajaran, mengamati perasaan dan pemikiran mereka tanpa penilaian. Dalam konteks pendidikan keagamaan dan budi pekerti, mindful learning membantu siswa untuk lebih memperhatikan makna ajaran agama dan budi pekerti dalam setiap tindakan dan interaksi mereka (Hasegawa & Yamamoto, 2022).

Praktik mindfulness dalam Buddhisme dikenal sebagai sati. Penerapan sati menjadikan siswa sadar dan hadir sepenuhnya dalam setiap momen, yang mengarah pada pemahaman diri dan pengendalian diri (Kabat-Zinn, 2023). Penerapan mindfulness dalam pembelajaran keagamaan dapat melibatkan teknik-teknik meditasi atau refleksi diri yang membantu siswa untuk lebih sadar akan tindakan dan perasaan siswa, serta bagaimana nilai-nilai keagamaan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks Buddhisme, mindfulness juga mengajarkan pentingnya ketenangan batin, perhatian pada momen sekarang, serta sikap terbuka dan menerima segala pengalaman, yang dapat sangat berguna dalam pendidikan karakter dan moral (Hanh, 2022; Hick & Guo, 2024). Kesadaran ini lebih mudahnya dimengerti sebagai praktik belajar sadar setiap saat, eling, atau eling lan waspada dalam perbuatan pikiran sehingga menghasilkan ucapan,dan perbuatan badan jasmani yang bajik.

Pada pembejaran di PAUD, siswa dapat diajarkan meditasi napas sederhana (3 menit) sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Siswa juga dapat dilatih mengenali emosi dasar seperti bahagia dan sedih (Hick & Guo, 2024). Pada jenjang SD, siswa dapat diajarkan meditasi menyadari napas (5 menit), mengajarkan perhatian penuh pada tugas (fokus), dan melatih siswa mengenali dan mengelola emosi. Pada jenjang SMP, siswa dapat diajarkan mengembangkan refleksi diri terhadap emosi dan tindakan serta melatih konsentrasi pada kegiatan spiritual. Pada jenjang SMA/SMK, siswa dapat didukung melakukan refleksi atas sebab akibat dari perbuatan dan hasilnya. Siswa juga dapat menumbuhkan kesadaran dalam pengambilan keputusan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun