tatkala pagi kehilangan embun
ada hening yang menggantung di udara
seperti doa yang tak selesai dibisikkan
atau langkah yang terlambat menuju rumah
burung-burung pun ragu berkicau
seolah bertanya, di manakah serpihan malam
dedaunan resah, menggigil tanpa pelukan
sebab embun, sang penenang, tiada lagi datang
adakah ini tanda dunia terburu waktu
berpacu dengan detik yang lupa bernapas
hingga pagi tak sempat menitipkan bening
pada rerumputan yang merindu sentuhan
tatkala pagi kehilangan embun
langit terasa lebih jauh
matahari lebih tajam menyengat
dan hati manusia, sedikit lebih sepi
namun lihatlah, jejak embun tak pernah hilang
ia tertanam dalam tanah
menjadi cerita pada akar-akar pohon
menumbuhkan harapan meski tak lagi terlihat
mungkin, embun hanya mengajarkan kita
bahwa kehilangan adalah awal pencarian
dan pagi, meski tanpa embun
masih punya cahaya untuk membasuh gelisah
***
Solo, Sabtu, 25 Januari 2025. 8:08 am
Suko Waspodo
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI