Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tatkala Pagi Kehilangan Embun

25 Januari 2025   08:16 Diperbarui: 25 Januari 2025   08:16 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tatkala Pagi Kehilangan Embun (Panting by Jennifer Taylor-Saatchi Art)

tatkala pagi kehilangan embun
ada hening yang menggantung di udara
seperti doa yang tak selesai dibisikkan
atau langkah yang terlambat menuju rumah

burung-burung pun ragu berkicau
seolah bertanya, di manakah serpihan malam
dedaunan resah, menggigil tanpa pelukan
sebab embun, sang penenang, tiada lagi datang

adakah ini tanda dunia terburu waktu
berpacu dengan detik yang lupa bernapas
hingga pagi tak sempat menitipkan bening
pada rerumputan yang merindu sentuhan

tatkala pagi kehilangan embun
langit terasa lebih jauh
matahari lebih tajam menyengat
dan hati manusia, sedikit lebih sepi

namun lihatlah, jejak embun tak pernah hilang
ia tertanam dalam tanah
menjadi cerita pada akar-akar pohon
menumbuhkan harapan meski tak lagi terlihat

mungkin, embun hanya mengajarkan kita
bahwa kehilangan adalah awal pencarian
dan pagi, meski tanpa embun
masih punya cahaya untuk membasuh gelisah

***
Solo, Sabtu, 25 Januari 2025. 8:08 am
Suko Waspodo

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun