Pendonor darah merupakan sosok yang sangat penting dalam upaya penyelamatan nyawa. Melalui satu kantong darah, para pendonor dapat menyelamatkan hingga tiga nyawa, memberikan harapan bagi mereka yang mengalami penyakit serius, kecelakaan, atau membutuhkan operasi besar.Â
Namun, di Indonesia, terdapat kekurangan apresiasi yang memadai dari Palang Merah Indonesia (PMI) terhadap para pendonor darah. Hal ini memunculkan beberapa kritik dan kekhawatiran tentang dukungan dan penghargaan terhadap mereka yang rela mendonorkan darah secara sukarela.
1. Rendahnya Apresiasi bagi Pendonor Aktif
Pendonor aktif, khususnya mereka yang mendonorkan darah secara rutin, layak mendapatkan apresiasi lebih dari sekadar ucapan terima kasih atau sertifikat penghargaan. Di beberapa negara, para pendonor bahkan diberikan penghargaan berupa insentif kesehatan, pemeriksaan kesehatan gratis, atau program loyalitas. Namun, di Indonesia, apresiasi seperti ini masih terbatas.Â
Sebagian besar pendonor merasa bahwa apa yang diberikan PMI belum cukup untuk menghargai kontribusi mereka. Pendonor darah memiliki peran penting dalam menanggulangi krisis darah, dan tanpa dorongan atau penghargaan yang layak, motivasi mereka bisa menurun.
2. Kurangnya Insentif Kesehatan bagi Pendonor
Salah satu bentuk apresiasi yang dinantikan oleh pendonor adalah insentif kesehatan. Pendonor darah kerap menghadapi risiko kesehatan karena mereka perlu menjaga kondisi fisik dan mental agar tetap prima.Â
Idealnya, PMI bisa memberikan pemeriksaan kesehatan secara berkala atau layanan kesehatan gratis bagi pendonor aktif. Hal ini tidak hanya sebagai bentuk apresiasi, tetapi juga sebagai upaya memastikan bahwa pendonor berada dalam kondisi kesehatan yang baik.
Sayangnya, di Indonesia, program seperti ini belum menjadi prioritas PMI. Pendonor darah seringkali hanya diberikan pemeriksaan dasar sebelum mendonorkan darah, dan tidak ada program kesehatan lanjutan yang bisa mereka akses secara gratis. Padahal, dengan sedikit insentif kesehatan, pendonor bisa lebih termotivasi dan merasa diperhatikan.
3. Kurangnya Transparansi dalam Distribusi Darah