Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menegakkan Demokrasi Tanpa Kemarahan, Sebuah Pendekatan yang Lebih Bijak

30 Agustus 2024   10:39 Diperbarui: 30 Agustus 2024   11:45 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era politik modern, demokrasi sering kali dipahami sebagai suara mayoritas, kebebasan berpendapat, dan persaingan politik yang sehat. Namun, di tengah kebebasan ini, kita sering melihat emosi negatif seperti kemarahan dan kebencian yang mendominasi wacana politik. Meskipun kemarahan dapat menjadi katalisator perubahan, menegakkan demokrasi tidak harus selalu disertai dengan emosi yang merusak. Justru, pendekatan yang lebih bijak dan tenang dalam menegakkan demokrasi dapat menghasilkan hasil yang lebih positif dan berkelanjutan.

Kemarahan dalam Wacana Politik

Kemarahan sering kali muncul dalam politik sebagai respons terhadap ketidakadilan, ketidakpuasan, atau kegagalan pemerintah dalam memenuhi harapan rakyat. Ketika para pemimpin politik atau kelompok masyarakat merasa frustrasi, kemarahan bisa menjadi ekspresi dari kekecewaan mereka. Namun, kemarahan yang tidak terkontrol sering kali mengarah pada polarisasi, kekerasan, dan disintegrasi sosial.

Dalam konteks ini, kemarahan dapat memperburuk situasi, memperdalam jurang perpecahan, dan menghalangi dialog konstruktif yang sebenarnya menjadi inti dari demokrasi. Ketika kemarahan mengambil alih, ruang untuk mendengarkan dan memahami pandangan berbeda semakin menyempit. Ini tidak hanya merusak iklim politik, tetapi juga mengancam stabilitas demokrasi itu sendiri.

Pendekatan Bijak dalam Penegakan Demokrasi

Demokrasi sejati bukan hanya tentang siapa yang menang atau kalah dalam pemilu, tetapi tentang bagaimana masyarakat dapat hidup berdampingan meskipun memiliki perbedaan. Untuk mencapai hal ini, penting bagi kita untuk menggantikan kemarahan dengan kebijaksanaan, dialog, dan empati.

1. Dialog yang Konstruktif: Menciptakan ruang untuk dialog yang jujur dan terbuka adalah kunci dalam mengatasi perbedaan. Dengan mendengarkan pandangan orang lain dan mencari solusi bersama, masyarakat dapat mencapai konsensus tanpa perlu mengorbankan integritas demokrasi.

2. Pemimpin yang Visioner: Pemimpin politik harus mampu menunjukkan ketenangan dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan. Mereka harus mampu menginspirasi masyarakat untuk bersatu dan bekerja sama, bukan untuk saling menyerang.

3. Pendidikan Demokrasi: Masyarakat perlu dididik tentang pentingnya partisipasi politik yang sehat dan damai. Dengan memahami nilai-nilai demokrasi, warga dapat berkontribusi secara positif dalam proses politik tanpa harus terjebak dalam emosi negatif.

4. Penguatan Institusi: Institusi demokrasi harus diperkuat untuk menangani perselisihan tanpa perlu melibatkan emosi yang merusak. Institusi yang kuat dapat menjadi penengah dalam konflik politik, menjaga agar proses demokrasi berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun