Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Mahkamah Konstitusi di Antara Demokrasi dan Keserakahan Politik, Pilar Hukum yang Diuji

23 Agustus 2024   22:31 Diperbarui: 23 Agustus 2024   23:01 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Liputan6 com

Mahkamah Konstitusi (MK) memegang peran vital dalam menjaga keseimbangan demokrasi dan penegakan hukum di negeri ini. Sebagai penjaga konstitusi, MK berfungsi untuk memastikan bahwa segala produk hukum dan tindakan pemerintah sesuai dengan UUD 1945, sekaligus menjadi benteng terakhir dalam menjaga keadilan konstitusional. Namun, dalam perjalanan sejarahnya, lembaga ini tidak luput dari sorotan publik, terutama ketika kekuasaan dan kepentingan politik mulai menguji integritasnya.

Demokrasi dan Peran Mahkamah Konstitusi

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan pada prinsip kedaulatan rakyat, di mana keputusan politik diambil melalui mekanisme partisipatif dan berdasarkan hukum yang adil. Dalam konteks ini, Mahkamah Konstitusi berfungsi sebagai penjaga gerbang yang memastikan bahwa hukum yang dihasilkan oleh lembaga legislatif dan tindakan eksekutif tidak melanggar prinsip-prinsip dasar konstitusi.

MK memiliki kewenangan untuk menguji undang-undang terhadap UUD 1945, mengadili sengketa kewenangan lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, dan memutus sengketa hasil pemilu. Fungsi-fungsi ini menjadikan MK sebagai salah satu pilar utama dalam menjaga sistem demokrasi di Indonesia. Tanpa MK yang independen dan berintegritas, risiko dominasi kekuasaan eksekutif atau legislatif terhadap sistem hukum dan demokrasi menjadi semakin besar.

Keserakahan Politik: Ancaman terhadap Independensi MK

Di sisi lain, keserakahan politik sering kali menjadi ancaman serius bagi independensi MK. Ketika kepentingan politik mulai memasuki ruang-ruang yang seharusnya steril dari intervensi, maka MK menghadapi tantangan yang tidak kecil. Tekanan politik yang datang dalam berbagai bentuk, baik melalui lobi, intervensi langsung, hingga pengaturan komposisi hakim, berpotensi menggoyahkan posisi MK sebagai lembaga yang netral.

Keserakahan politik ini dapat dimanifestasikan dalam upaya-upaya untuk mempengaruhi putusan MK, baik untuk melindungi kepentingan segelintir elit atau untuk memperkuat kekuasaan tertentu. Misalnya, dalam kasus uji materi terhadap undang-undang yang kontroversial, ada kekhawatiran bahwa putusan MK bisa dipolitisasi demi kepentingan pihak-pihak tertentu. Hal ini tentu saja berpotensi merusak kepercayaan publik terhadap MK dan pada akhirnya, terhadap sistem demokrasi itu sendiri.

Menjaga Keutuhan Demokrasi melalui MK yang Kuat

Untuk menjaga keutuhan demokrasi, independensi MK harus menjadi prioritas utama. Reformasi internal yang kuat, seleksi hakim yang transparan dan berbasis merit, serta pengawasan yang ketat dari masyarakat sipil adalah beberapa langkah yang perlu diambil untuk memastikan MK tetap menjadi lembaga yang dapat diandalkan.

Penting juga untuk meningkatkan pemahaman publik tentang peran dan fungsi MK, agar masyarakat dapat lebih proaktif dalam mengawasi kinerja lembaga ini. Transparansi dalam proses pengambilan keputusan, serta keterbukaan terhadap kritik, juga harus menjadi bagian dari upaya menjaga integritas MK.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun