Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi yang Hilang Keindahannya

15 April 2024   10:10 Diperbarui: 15 April 2024   10:23 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Saatchi Art

Pagi yang hilang keindahannya, terluka dalam sunyi dan sepi. Mimpi-mimpi terbang tinggi, namun terhalang oleh bayang-bayang luka.

Embun-embun merangkai syair, menyanyikan rindu yang tak terbalas. Di antara rerumputan yang lembut, terhempaslah sepi dalam gemuruh sunyi.

Langit biru membisu dalam kesedihan, menyaksikan pagi yang kehilangan senyumnya. Sinar mentari memudar dalam kelam, seakan meratapi kehilangan yang tak terucapkan.

Namun, dalam gelap ada cahaya yang mengembara, menyelinap di balik awan kelabu. Mengajak pagi untuk tersenyum lagi, dan merangkai kembali keindahannya yang hilang.

Pagi yang hilang keindahannya, takkan sirna selamanya. Sebab di setiap senja ada fajar yang menanti, untuk membalutnya dengan cahaya dan harapan.

***
Solo, Senin, 15 April 2024. 9:59 am
Suko Waspodo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun