Pagi yang hilang keindahannya, terluka dalam sunyi dan sepi. Mimpi-mimpi terbang tinggi, namun terhalang oleh bayang-bayang luka.
Embun-embun merangkai syair, menyanyikan rindu yang tak terbalas. Di antara rerumputan yang lembut, terhempaslah sepi dalam gemuruh sunyi.
Langit biru membisu dalam kesedihan, menyaksikan pagi yang kehilangan senyumnya. Sinar mentari memudar dalam kelam, seakan meratapi kehilangan yang tak terucapkan.
Namun, dalam gelap ada cahaya yang mengembara, menyelinap di balik awan kelabu. Mengajak pagi untuk tersenyum lagi, dan merangkai kembali keindahannya yang hilang.
Pagi yang hilang keindahannya, takkan sirna selamanya. Sebab di setiap senja ada fajar yang menanti, untuk membalutnya dengan cahaya dan harapan.
***
Solo, Senin, 15 April 2024. 9:59 am
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H