di bawah langit yang perlahan berubah
dunia terbentang dalam keindahan dan kepahitan
kian rapuh terasa getaran yang menyusup
membingkai hidup dalam bayang-bayang kesedihan
bumi menangis dalam diamnya
rintihan angin memohon ampunan
manusia terlena dalam kehausan akan kekuasaan
mengabaikan tanda-tanda yang jelas terpampang
gunung menangis di balik kerinduannya akan kedamaian
laut meluapkan deritanya atas kecerobohan manusia
hutan-hutan merintih karena ditebang tanpa ampun
dunia kian rapuh dalam pelukan kekerasan tak berujung
namun masih ada harapan yang terus bersemi
di antara reruntuhan dan puing-puing
cahaya kebaikan menyinari hati yang terluka
mengajak untuk bersama merawat dunia yang kian rapuh
mari, berdiri teguh dalam kebaikan dan kasih sayang
jadikan dunia ini tempat layak untuk generasi mendatang
agar nanti kita bisa merenung dengan tenang
bahwa kita telah berjuang memperbaiki dunia rapuh ini
***
Solo, Jumat, 8 Maret 2024. 8:04 am
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H