Di ruang kekuasaan, tempat pengambilan keputusan, dalam dunia politik, dimana janji-janji mengalir. Di sana terletak kebenaran yang diam-diam, dikaburkan oleh sandiwara, inkonsistensi merajalela, dalam paradenya yang rumit.
Penguasa berdiri di atas tumpuan, dengan kata-kata yang begitu agung, namun tindakannya berbeda, seperti menggeser pasir. Mereka menjanjikan kemakmuran, untuk setiap pihak, namun hasil dari kemajuan tersebut tampaknya masih jauh dan tidak direncanakan.
Suatu hari mereka memperjuangkan perdamaian, dengan teriakan nyaring, selanjutnya, mereka berperang dengan kedok yang menipu. Prinsip mereka goyah, di bawah kedok kekuasaan, bisikan inkonsistensi, ikatannya yang tidak menyenangkan.
Mereka mengkhotbahkan kesetaraan, dengan semangat yang membara, namun kebijakan mereka menyembunyikan hak istimewa dan bias. Janji-janji keadilan mereka, tampaknya jauh dari kenyataan, cengkeraman inkonsistensi, mereka berjuang untuk mencabutnya.
Dalam tarian politik, dimana kebenaran dibengkokkan, inkonsistensi tumbuh subur, dengan niat diam-diam. Namun di tengah kekacauan itu, sebuah pesan terkirim, bagi mereka yang mencari kejelasan, untuk berbeda pendapat.
Di dunia kekuasaan, tempat bayang-bayang bermain, inkonsistensi tetap ada, siang dan malam. Namun di hati manusia, sebuah harapan mungkin goyah, untuk masa depan di mana kebenaran akan menentukan keputusannya.
***
Solo, Senin, 12 Februari 2024. 7:16 pm
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H