dalam istana yang berdiri tegak
presiden duduk di singgasana tinggi
namun, hatinya telah terbang entah ke mana
lupa diri, lupa janji, dalam pusaran kuasa begitu besar
di malam yang kelam, negara terhempas
rakyat menangis, tetapi presiden tertawa
janji demi janji terlupakan
seakan keadilan hanya menjadi bayangan
wajah-wajah lapar di sudut jalan
begitu jelas namun terlupakan oleh presiden
ketika janji kampanye tinggal cerita
dan realitas menjadi tembok tak dapat dijelajahi
puisi politik, melodi yang muram
menggambarkan keadaan dalam negeri yang terluka
presiden yang lupa, hati yang membeku
mengkhianati harapan, menggadaikan masa depan
pada saatnya yang genting
negara membutuhkan pemimpin yang jujur
bukan presiden yang tersesat dalam dunia khayal
melupakan tanggung jawab, menggadaikan integritas
bangkitlah, wahai rakyat yang terpinggirkan
dengan pena dan suara, lawanlah kelalaian
tuntutlah keadilan, kembalikan harapan
agar presiden ingat, bahwa kekuasaan adalah amanah
puisi politik, teriakan hati yang terluka
mengingatkan pada presiden yang telah lupa diri
jangan biarkan negara terpuruk dalam kelam
berdirilah, rakyat, untuk cahaya keadilan yang bersinar
***
Solo, Kamis, 25 Januari 2024. 9:12 am
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H