Wajah duka melukis cermin retak, dalam setiap pecahan, rona kesedihan terpatri. Seperti bayangan yang tak pernah pudar, mengalir di dalam hati, bagai sungai tak bertepi.
Cermin retak merefleksikan kepedihan, seakan menjadi portal menuju dunia gelap. Di setiap retaknya terdengar desahan, cerita pilu yang tersembunyi di balik senyuman palsu.
Bibir pucat mencoba menyembunyikan, namun matamu tetap menjadi saksi bisu. Wajahmu bagai lukisan tragedi, diceritakan oleh goresan-goresan tak berkesudahan.
Pecahan cermin seperti luka yang tak kunjung sembuh, menyisakan bekas-bekas yang menganga. Di setiap sisi retak, ada sejarah pilu, wajahmu memantulkan kisah yang tak pernah usai.
Tetapi di dalam keheningan cermin retak, ada kecantikan yang terpendam dalam kelemahan. Ketika engkau memandang, temui kekuatan, dalam setiap serpihan yang masih bertahan.
Wajah duka di cermin retak, tak sekadar kesedihan, tetapi juga kekuatan. Sebuah peringatan bahwa keindahan, tak selalu lahir dari keutuhan yang sempurna.
***
Solo, Rabu, 17 Januari 2024. 4:32 pm
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H