Kita dapat mengubah sistem kepercayaan kita dan memahami bahwa kita semua lebih dari satu hal.
Gagasan untuk merangkul aspek sakral dan profan dalam hubungan mencerminkan perspektif yang mengakui kompleksitas dan keragaman dalam individu dan hubungan mereka dengan orang lain. Konsep ini sejalan dengan pendekatan psikologis dan filosofis tertentu yang menekankan pentingnya mengenali dan menerima sifat manusia yang beraneka ragam.
1. Kompleksitas Sifat Manusia: Merangkul hal-hal yang sakral dan profan menunjukkan penerimaan terhadap sifat manusia yang beraneka segi. Manusia tidak mudah dikategorisasikan menjadi murni baik atau buruk, sakral atau profan. Kita semua memiliki aspek kepribadian yang berbeda-beda, dan aspek-aspek ini dapat hidup berdampingan dalam diri kita.
2. Sistem Keyakinan Dinamis: Gagasan untuk mengubah sistem kepercayaan seseorang menggarisbawahi gagasan bahwa keyakinan tidaklah tetap atau kaku. Manusia mempunyai kapasitas untuk mengembangkan dan mengadaptasi perspektif mereka berdasarkan pengalaman baru, pengetahuan, dan refleksi diri. Kemampuan beradaptasi ini dapat berkontribusi pada pertumbuhan pribadi dan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri dan orang lain.
3. Hubungan sebagai Entitas Dinamis:Â Hubungan seringkali rumit dan dinamis. Merangkul hal-hal yang sakral dan profan dalam suatu hubungan berarti mengakui bahwa interaksi dengan orang lain dapat mencakup momen-momen hubungan mendalam dan transendensi (yang sakral) serta aspek-aspek yang lebih duniawi atau menantang (yang profan). Pengakuan ini dapat mengarah pada pendekatan hubungan yang lebih realistis dan penuh kasih sayang.
4. Integrasi Elemen Lawan: Beberapa teori psikologi, seperti konsep individuasi Carl Jung, menekankan integrasi elemen-elemen yang berlawanan dalam diri. Hal ini melibatkan pengenalan dan penggabungan aspek cahaya dan bayangan dari kepribadian. Demikian pula, dalam hubungan, menerima hal-hal yang sakral dan profan mungkin melibatkan pengakuan dan integrasi beragam aspek diri dan orang lain.
5. Pemahaman Holistik: Idenya mendorong pemahaman holistik tentang individu dan hubungan. Dengan menyadari bahwa manusia lebih dari satu hal, dan bahwa hubungan bersifat multidimensi, individu dapat menghadapi konflik dan tantangan dengan rasa empati dan pengertian yang lebih besar.
6. Relativisme Budaya dan Moral: Merangkul aspek sakral dan profan dalam hubungan juga sejalan dengan relativisme budaya dan moral, yang mengakui bahwa keyakinan dan nilai bersifat subjektif dan bergantung pada konteks. Perspektif ini mendorong individu untuk menghargai keragaman keyakinan dan praktik, menumbuhkan toleransi dan penerimaan dalam hubungan.
Penting untuk diingat bahwa penafsiran kata "sakral" dan "profan" dapat berbeda-beda berdasarkan perbedaan budaya, agama, dan individu. Kuncinya adalah mendekati hubungan dengan pikiran terbuka, mengakui dan menerima beragam aspek yang berkontribusi terhadap kompleksitas hubungan antarmanusia.
***
Solo, Rabu, 17 Januari 2024. 7:58 am
Suko Waspodo