Hubungan yang pulih mengacu pada hubungan romantis yang dijalani orang tak lama setelah berakhirnya hubungan sebelumnya. Hubungan ini sering kali dipandang sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit emosional dan kesepian yang menyertai putusnya cinta. Meskipun psikologi tidak memberikan aturan ketat tentang hubungan yang pulih, ada beberapa perspektif dan teori psikologis yang dapat menjelaskan mengapa orang bisa menjalin hubungan seperti itu dan apa yang mungkin terjadi selama hubungan tersebut.
1. Teori Keterikatan:Â Menurut teori keterikatan, individu membentuk ikatan emosional atau keterikatan dengan pasangan romantisnya. Berakhirnya suatu hubungan dapat menimbulkan perasaan kehilangan dan rasa tidak aman. Dalam upaya untuk segera membangun kembali rasa aman dan koneksi, individu mungkin memasuki hubungan pemulihan. Namun, kebutuhan keterikatan mungkin tidak sepenuhnya terpenuhi, karena hubungan ini mungkin kurang memiliki kedalaman dan investasi emosional dalam hubungan jangka panjang.
2. Mekanisme Mengatasi: Hubungan yang pulih kembali dapat dilihat sebagai mekanisme penanggulangan untuk mengatasi tekanan emosional akibat putus cinta. Terlibat dalam hubungan baru dapat mengalihkan perhatian individu dari perasaan sedih, kesepian, atau penolakan.
3. Harga Diri dan Validasi:Â Beberapa orang memasuki hubungan yang pulih untuk mencari validasi dan peningkatan harga diri mereka. Perhatian dan kasih sayang dari pasangan baru dapat berfungsi sebagai cara untuk merasa diinginkan dan menarik, membantu melawan perasaan penolakan dari perpisahan sebelumnya.
4. Penghindaran Rasa Sakit: Orang mungkin secara sadar atau tidak sadar menggunakan hubungan yang pulih sebagai cara untuk menghindari rasa sakit dan kesedihan yang terkait dengan berakhirnya hubungan yang signifikan. Dengan segera beralih ke hubungan baru, mereka mungkin tidak harus menghadapi emosi sulit yang terkait dengan putusnya hubungan tersebut.
5. Konsekuensi yang Tidak Diinginkan: Hubungan yang pulih kembali dapat memberikan hasil yang beragam. Di satu sisi, mereka mungkin memberikan gangguan sementara dan sistem pendukung. Di sisi lain, hubungan tersebut mungkin tidak memuaskan atau stabil seperti hubungan yang terbentuk dalam keadaan yang berbeda. Ada risiko bahwa pemulihan hubungan mungkin tidak didasarkan pada kecocokan sejati dan nilai-nilai bersama.
6. Pembelajaran dan Pertumbuhan:Â Beberapa psikolog berpendapat bahwa hubungan kembali dapat berfungsi sebagai pengalaman belajar. Individu dapat memperoleh wawasan tentang apa yang mereka inginkan dan butuhkan dalam suatu hubungan, dan mereka dapat menggunakan pantulan tersebut sebagai batu loncatan menuju pertumbuhan pribadi dan penemuan diri.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua hubungan yang pulih pasti akan gagal. Beberapa mungkin berkembang menjadi hubungan yang sehat dan bertahan lama. Hasilnya sering kali bergantung pada individu yang terlibat, kesiapan emosional mereka, dan motivasi di balik memasuki hubungan pemulihan. Seperti halnya hubungan apa pun, komunikasi, kesadaran diri, dan kemauan untuk mengatasi masalah mendasar sangat penting untuk kesuksesan.
***
Solo, Jumat, 29 Desember 2023. 8:44 pm
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H