Di alam di mana bayang-bayang berbisik, di bawah tabir cahaya yang redup. Jalan yang tertutup angin, penjaga rahasia, gema langkah kaki di malam hari.
Batu sunyi yang menandai jalan, penjaga kisah yang tak terhitung. Seiring waktu mengungkap drama kunonya, dalam keheningan, sebuah misteri muncul.
Melalui lengkungan kenangan masa lalu, di mana saat-saat masih terasa, hening dan dingin. Jalan yang tertutup menjalin mantra yang begitu luas, sebuah cerita yang tersembunyi, namun tak terungkap.
Dedaunan mungkin berguguran, dan musim menari, namun jalannya masih ada, sebuah pintu terkunci. Di ruang hati, sebuah kesempatan sekilas, untuk membuka rahasia yang disimpannya.
Bisikan lagu yang terlupakan, gema melewati koridor tahun. Jejak kaki masih tertinggal, meski perjalanan jauh, jalan yang tertutup, terselubung air mata yang sunyi.
Cahaya bulan menjalin benang peraknya, ilusi menari, ilusi memudar. Di jalan yang tertutup, di mana mimpi telah berdarah, teka-teki waktu, selamanya ada.
Dalam keheningan, di mana gema mendesah, jalan yang tertutup berbicara tentang hari kemarin. Sebuah mosaik momen, mencapai ketinggian, namun terselubung dalam kabut yang sulit dipahami.
Wahai, jalan yang tertutup, ungkapkan sajakmu, mengungkap ayat-ayat dari buku tebal yang tersembunyi. Di labirin ruang dan waktu, biarkan jalan tertutup membawaku pulang.
***
Solo, Rabu, 29 November 2023. 9:34 pm
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H