Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Psikologi Kegagalan Pemaksaan: Bagaimana Reaktansi Menjelaskan Perlawanan Terhadap Ancaman

24 November 2023   18:53 Diperbarui: 24 November 2023   19:27 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Cognitive Liberty Online

Teori reaktansi, yang dikemukakan oleh psikolog Jack Brehm pada tahun 1966, memberikan wawasan mengapa individu mungkin menolak atau bereaksi negatif terhadap ancaman yang dirasakan atau upaya untuk membatasi kebebasan mereka. Reaktansi adalah fenomena psikologis di mana orang merespons ancaman yang dirasakan terhadap kebebasan mereka dengan menegaskan kemandirian mereka dan melakukan perilaku yang mengembalikan rasa otonomi mereka.

Berikut ini bagaimana teori reaktansi dapat membantu menjelaskan penolakan terhadap paksaan:

Ancaman yang Dirasakan terhadap Kebebasan: Ketika individu merasakan adanya ancaman terhadap kebebasan atau otonomi mereka, baik nyata maupun khayalan, reaktansi akan terpicu. Ancaman ini dapat datang dalam berbagai bentuk, seperti pemaksaan secara eksplisit, pesan persuasif, atau upaya untuk mengontrol perilaku.

Motivasi untuk Memulihkan Kebebasan: Teori Reaktansi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk memulihkan kebebasan yang mereka rasakan. Motivasi ini dapat bermanifestasi sebagai perlawanan terhadap sumber ancaman. Masyarakat mungkin menolak paksaan bukan karena mereka tidak setuju dengan tuntutan atau pesan tertentu, namun karena mereka ingin menegaskan otonomi mereka.

Efek Bumerang: Upaya untuk memaksa atau mengendalikan individu dapat menimbulkan efek bumerang, yang terjadi sebaliknya. Misalnya, jika seseorang diberitahu untuk tidak melakukan sesuatu, mereka mungkin akan lebih cenderung melakukannya untuk menegaskan kebebasan dan kemandiriannya.

Reaktansi sebagai Mekanisme Pertahanan: Reaktansi dapat dilihat sebagai mekanisme pertahanan yang membantu individu mempertahankan kebebasan psikologisnya. Hal ini berfungsi sebagai cara bagi masyarakat untuk melawan tekanan dan pengaruh eksternal yang mengancam otonomi mereka.

Dampak terhadap Perubahan Sikap: Pemaksaan yang dianggap sebagai ancaman terhadap kebebasan mungkin mengarah pada penolakan, bukan perubahan sikap. Individu mungkin menjadi lebih mengakar pada keyakinan atau perilaku yang ada sebagai cara untuk melawan pengaruh eksternal.

Strategi Komunikasi: Memahami reaktansi dapat menginformasikan strategi komunikasi. Daripada menggunakan pendekatan koersif, pesan-pesan yang menekankan pilihan, otonomi, dan aspek positif kepatuhan mungkin lebih efektif. Menyusun pesan sedemikian rupa sehingga memungkinkan individu merasa bahwa mereka sedang membuat pilihan dapat mengurangi reaktansi.

Perbedaan Budaya dan Individu: Reaktansi dapat bervariasi antar individu dan budaya. Beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap reaktansi dibandingkan yang lain, dan norma budaya mengenai otonomi dan kemandirian dapat memengaruhi kekuatan reaktansi.

Hasil Perilaku: Menanggapi persepsi ancaman terhadap kebebasan, individu mungkin melakukan berbagai perilaku untuk memulihkan rasa otonominya. Hal ini dapat mencakup ketidakpatuhan, pembangkangan, atau bahkan secara aktif menentang sumber ancaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun