Dalam rentang waktu, tatkala momen-momen terungkap, mari kita jalin sebuah visi, sebuah kisah yang ingin diceritakan. Ambil palet kekacauan, warna liar, sapuan kebaikan, dunia yang tidak disalahkan.
Ubah kesedihan menjadi kelopak, biarkan mekar, di taman hati, hilangkan kesuraman. Berbisik kepada angin, nyanyian damai, biarkan melodi harmoni, semua konflik berhenti.
Segunung kebencian, biarkan runtuh, gantikan mereka dengan jembatan, saudara dan rendah hati. Sungai prasangka, ubah rute alirannya, ke lautan penerimaan, dimana cinta bisa tumbuh.
Di kanvas pikiran, melukiskan pemahaman, singkirkan ketidaktahuan, biarlah kebijaksanaan datang. Menerangi kegelapan, satu jiwa pada satu waktu, nyalakan api kasih sayang, luhur.
Biarkan hutan ketakutan menghilang, saat pohon keberanian tumbuh, menghilangkan kebencian. Bunga persatuan di segala arah, aroma harapan, manisan manis.
Ubah gurun keputusasaan menjadi ladang rahmat, pemandangan hijau untuk setiap balapan. Matahari empati, bersinar selamanya, menerangi jalan, melewati labirin kehidupan.
Ubah hutan beton menjadi surga, di mana auman kebaikan menenggelamkan burung gagak. Kota empati, menjulang tinggi, menyentuh langit, di bawah langit yang sama.
Bergandengan tangan, hati terjalin, sebuah simfoni kebersamaan, ikatan yang mengikat. Ubah dunia menjadi surga yang indah, mimpi kolektif, dimana cinta tidak pernah mati.
***
Solo, Kamis, 23 November 2023. 1:01 pm
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H