Di jantung padang rumput tempat bunga-bunga liar menari, di bawah kanvas hamparan biru, di sana mekar kisah tentang cahaya yang memberi harapan. Sebuah simfoni alam, ruang lingkup yang halus.
Dalam pelukan lembut fajar, rona emas, seorang pelukis surgawi, embun pagi. Bisikan sinar matahari, janji untuk mengatasinya, seorang pembawa pesan yang bersinar, cahaya yang memberi harapan.
Melalui pepohonan kuno, sinar matahari menyinari, sebuah tarian bayangan, dimana ketenangan muncul. Di gemerisik dedaunan, melodi kawin lari, dengan angin sepoi-sepoi yang lembut, cahaya yang memberi harapan.
Di atas sayap kupu-kupu, parade yang meriah, warna-warni terbentang, serenade. Mengusir kesedihan, seperti kijang yang gesit, sebuah kaleidoskop sayap, cahaya yang memberi harapan.
Di bawah permukaan aliran sungai yang gemericik, sebuah pantulan mimpi, kilauan yang bercahaya. Kehidupan dalam arusnya, lereng yang berketahanan, cermin cair, cahaya yang memberi harapan.
Saat siang mengucapkan selamat tinggal, dan senja semakin dekat, langit terang benderang, dengan bintang-bintang yang begitu cerah. Tarian surgawi, tempat mimpi saling bersilangan, rasi bintang berbisik, cahaya yang memberi harapan.
Dalam keheningan malam, saat dunia tertidur, bulan merapalkan mantranya, sebuah janji yang harus ditepati. Membimbing menembus kegelapan, seperti tali surgawi, penjaga malam, cahaya yang memberi harapan.
Maka, dalam sajak alam, biarlah semangat kita selaras, dengan simfoni kehidupan, dalam ritme ketuhanan. Karena di setiap matahari terbit, serta di setiap matahari terbenam, berdiamlah ayat-ayat abadi cahaya yang memberi harapan.
***
Solo, Minggu, 19 November 2023. 10:40 am
Suko Waspodo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H