Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Psikologi Politik: Mengapa Kita Bisa Muak pada Seseorang?

11 November 2023   18:42 Diperbarui: 11 November 2023   18:52 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: javamem.com

Psikologi politik mengeksplorasi faktor psikologis yang mempengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku politik. Rasa muak terhadap seseorang dalam konteks politik dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme psikologis. Berikut beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap pengalaman rasa muak dalam konteks politik:

Teori Landasan Moral: Menurut Teori Landasan Moral, yang dikembangkan oleh psikolog Jonathan Haidt dan Jesse Graham, orang memiliki landasan moral berbeda yang membentuk keyakinan politik dan moral mereka. Salah satu landasannya adalah "kemurnian/kesucian", yang mencakup penghindaran terhadap hal-hal yang dianggap memuakkan atau tidak suci. Lawan politik mungkin dianggap melanggar norma kemurnian ini sehingga menimbulkan perasaan muak.

Teori Identitas Sosial: Teori identitas sosial menyatakan bahwa orang mengkategorikan dirinya dan orang lain ke dalam kelompok sosial berdasarkan karakteristik bersama. Ketika individu sangat mengidentifikasi diri dengan kelompok politik tertentu, mereka mungkin merasa muak terhadap kelompok lawan sebagai cara untuk memperkuat identitas kelompok mereka dan membedakannya dari kelompok lain.

Bias Konfirmasi: Orang sering kali mencari informasi yang menegaskan keyakinan mereka sebelumnya dan menghindari informasi yang menantang mereka. Ketika individu menemukan informasi atau perilaku dari seseorang yang memiliki pandangan politik yang berlawanan, hal tersebut dapat memicu rasa muak karena bertentangan dengan keyakinan yang ada.

Dehumanisasi: Dalam lingkungan politik yang sangat terpolarisasi, individu mungkin melakukan dehumanisasi terhadap anggota kelompok politik lawan. Proses ini melibatkan pandangan terhadap orang lain sebagai lebih rendah dari manusia, dan dehumanisasi ini dapat menimbulkan emosi negatif yang kuat, termasuk rasa muak.

Persepsi Ancaman: Rasa muak dapat menjadi respons terhadap ancaman yang dirasakan, baik secara fisik, moral, atau sosial. Dalam konteks politik, individu mungkin menganggap orang-orang yang mempunyai pandangan berbeda sebagai ancaman terhadap nilai-nilai, cara hidup, atau kesejahteraan masyarakat, sehingga memicu respons rasa muak.

Pengaruh Media: Pembingkaian dan liputan media dapat berkontribusi terhadap berkembangnya rasa muak terhadap tokoh atau kelompok politik. Pemberitaan yang bias atau sensasional dapat membentuk persepsi publik dan berkontribusi terhadap reaksi emosional yang negatif.

Ketakutan dan Kecemasan: Ketidaksepakatan politik dapat menimbulkan ketakutan dan kecemasan mengenai potensi konsekuensi dari pandangan yang berbeda. Rasa muak mungkin merupakan cara bagi individu untuk mengatasi atau mengekspresikan emosi yang mendasarinya.

Perspektif Evolusioner: Beberapa peneliti berpendapat bahwa rasa muak mungkin telah berkembang sebagai respons adaptif untuk menghindari patogen atau sumber penyakit potensial. Dalam konteks politik, individu mungkin secara metaforis mengasosiasikan pandangan politik yang berlawanan dengan ancaman terhadap "sistem kekebalan" sosial, yang menyebabkan perasaan muak.

Memahami mekanisme psikologis di balik rasa muak dalam politik sangatlah rumit, dan faktor-faktor ini sering kali berinteraksi dengan cara yang rumit. Penting untuk diingat bahwa reaksi setiap orang bisa sangat bervariasi, dan tidak semua orang akan merasa muak dalam menanggapi perbedaan politik. Selain itu, intervensi seperti meningkatkan empati, dialog, dan pemahaman dapat membantu mengurangi reaksi emosional negatif yang terkait dengan perselisihan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun