Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Haus Kekuasaan Membuat Pemimpin Lupa Diri

23 Oktober 2023   22:25 Diperbarui: 23 Oktober 2023   23:04 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Suara Islam

Analisis politik yang menyatakan bahwa "Haus Kekuasaan Membuat Pemimpin Lupa Diri" merujuk pada fenomena di mana pemimpin politik yang telah lama berkuasa atau yang memiliki kekuasaan yang besar cenderung kehilangan rasa kewarasan, kendali diri, atau koneksi dengan realitas. Hal ini dapat mengakibatkan perilaku yang otoriter, korup, dan bahkan mengekang hak-hak rakyat.

Beberapa poin yang dapat dipertimbangkan dalam analisis ini adalah:

Kekuasaan Tanpa Batas: Pemimpin yang telah lama berkuasa atau yang memiliki kendali penuh atas pemerintahan sering kali tidak terkendali. Mereka mungkin menganggap diri mereka di atas hukum dan tidak lagi terikat oleh kendali demokratis atau proses yang sehat.

Kehilangan Empati: Pemimpin yang haus kekuasaan mungkin kehilangan empati terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat. Mereka dapat lebih fokus pada mempertahankan kekuasaan mereka sendiri daripada melayani kepentingan rakyat.

Penggunaan Kekuasaan untuk Keuntungan Pribadi: Ketika pemimpin lupa diri, mereka mungkin menggunakan kekuasaan mereka untuk memperkaya diri sendiri dan lingkaran terdekat mereka. Ini dapat mengarah pada korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.

Penindasan Oposisi: Pemimpin yang haus kekuasaan dapat menggunakan aparat negara untuk menekan oposisi politik, menghambat kebebasan berbicara, dan melanggar hak asasi manusia.

Kehilangan Akuntabilitas: Pemimpin yang lupa diri mungkin menghindari pertanggungjawaban atas tindakan mereka, membatasi akses media yang kritis, dan melemahkan lembaga-lembaga kontrol seperti parlemen atau pengadilan.

Potensi untuk Kecelakaan Politik: Ketika pemimpin lupa diri mengabaikan aspirasi rakyat, ini bisa memicu protes massa, pergerakan oposisi, dan bahkan pergantian kekuasaan yang tidak stabil.

Contoh nyata dari fenomena ini bisa ditemukan dalam sejarah politik, seperti rezim otoriter yang berlangsung selama puluhan tahun atau lebih. Pemimpin seperti ini sering kali akhirnya dihadapkan pada konsekuensi dari perilaku lupa diri mereka, baik melalui demonstrasi rakyat, tekanan internasional, atau bahkan revolusi.

Analisis ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan kekuasaan, menjalani prinsip-prinsip demokratis, dan memastikan bahwa pemimpin tidak kehilangan koneksi dengan rakyat yang mereka layani. Sebagian besar sistem politik yang stabil memerlukan mekanisme untuk membatasi kekuasaan dan memastikan akuntabilitas pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun