Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan dan Pekerja Teks Komersial

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cermin | Obrolan Politik di Warung Wedangan Mukidi

24 September 2023   18:41 Diperbarui: 24 September 2023   18:55 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Grid.ID

Di sebuah desa kecil yang terletak di pinggiran kota, terdapat sebuah warung wedangan kecil yang dikelola oleh seorang pria bernama Mukidi. Warung itu adalah tempat favorit bagi penduduk desa untuk berkumpul, minum kopi, dan berbincang-bincang. Sore itu, beberapa orang tetap setia yang telah berkumpul di warung Sukidi memulai obrolan politik mereka.

Pak Slamet, seorang petani yang selalu optimis, duduk di meja pojok sambil menyeruput kopi hitamnya. Dia berkata, "Nah, apa kabar pemilihan umum yang akan datang? Siapa yang menurut kalian akan menang?"

Bu Tini, seorang ibu rumah tangga yang selalu berpikir kritis, menjawab, "Ah, saya belum yakin. Semua calon tampaknya punya janji-janji besar, tapi kita harus memeriksa rekam jejak mereka. Sebaiknya kita pilih yang benar-benar peduli dengan rakyat kecil."

Pak Joko, seorang pekerja konstruksi yang selalu tahu berita terbaru, ikut bicara, "Saya dengar ada calon yang memiliki pengalaman yang cukup. Mereka berbicara tentang pembangunan infrastruktur dan program kesejahteraan. Tapi apakah mereka benar-benar bisa melakukan semua itu?"

Mukidi, sang pemilik warung, yang biasanya hanya mendengarkan dengan senyum, memberi komentar, "Tentu saja, semuanya tergantung pada pilihan kita. Kita harus melihat bukan hanya janji-janji mereka tetapi juga apakah mereka benar-benar bertindak sesuai kata-kata mereka setelah terpilih."

Mereka semua setuju dengan pendapat Mukidi. Obrolan mereka tentang politik terus berlanjut, tetapi pada akhirnya, mereka tahu bahwa yang terpenting adalah memilih calon yang paling baik untuk kepentingan desa mereka. Mereka merasa beruntung memiliki tempat seperti warung Sukidi untuk berdiskusi dan mendengarkan pandangan orang lain tentang politik. Di sinilah demokrasi mereka hidup, dalam obrolan santai di warung wedangan kecil di desa mereka yang damai.

***
Solo, Minggu, 24 September 2023. 6:32 pm
Suko Waspodo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun